BISNIS.COM, JAKARTA--Perkembangan industri televisi berbayar di Indonesia merupakan yang paling lambat di Asia, hanya mampu penetrasi ke 3% rumah tangga atau sekitar 1,3 juta rumah di berbagai daerah pada 2010.
Berdasarkan hasil riset yang dilaporkan oleh Pricewaterhouse Coopers (PWC), dikemukakan bahwa pertumbuhan pasar televisi berbayar di Indonesia hanya berkisar 2% per tahun, jauh di bawah Vietnam, Malaysia, bahkan Pakistan.
"Meskipun demikian, para penyedia layanan tv berbayar tetap meyakini pasar tersebut akan tumbuh menjadi 7% pada 2015, seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat," terang laporan yang diterima Bisnis, Sabtu (16/3).
Demi memacu pertumbuhan pasar, para operator yang ada saat ini seperti MNC Sky Vision, Telkomvision, dan First Media ramai-ramai membentuk lini yang menyasar segmen lebih rendah. Beberapa merk untuk TV berbayar low segment ini antara lain TopTV dan Groovia TV.
Tantangan lain yang dihadapi oleh para penyedia layanan TV berbayar tersebut adalah banyaknya penyedia layanan ilegal. Sementara kementrian komunikasi dan informasi mencatat hanya 700 operator yang berizin, asosiasi TV kabel Indonesia memperkirakan jumlahnya sekitar 2.500 operator.
Keberadaan para operator ilegal ini menyebabkan total penetrasi tv kabel di Indonesia mencapai 2,5 juta rumah tangga dan merugikan operator legal sekitar Rp1,2 triliun tiap tahunnya. (if)