Wawancara dengan Dirut Lion Air Group, Edward Sirait: “Faktor Keselamatan Itu Mutlak”

Thomas Mola & Fitri Sartina Dewi
Selasa, 17 April 2018 | 10:21 WIB
Pesawat Lion Air mendarat di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (11/6)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Pesawat Lion Air mendarat di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (11/6)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Bagikan

Lion Air Group sudah sangat berkembang, apakah Anda merasa masih perlu melakukan berbagai pengembangan?

Pasti masih akan ada pengembangan karena bisnis ini never stop innovation. Pesawat ini akan selalu ada pembaharuan baik dari pabrik maupun dari aturan-aturannya. Jadi kami harus siap untuk itu. Kalau masuk industri ini harus menjadi orang yang dinamis, tetapi punya karakter.

Kalau tidak akan terhambat. Contohnya, apakah untuk perawatan pesawat sudah optimal? Belum tapi akan berkembang terus dan pesawat yang kami operasikan juga akan berbeda. Artinya, perawatannya dan peralatannya juga akan berubah. Tantangannya selalu berubah dan berbeda.

Menurut saya, ada 3 pengembangan dalam airlines yaitu pengembangan dalam capability, dan pengembangan karena memang ada perubahan dari yang dioperasikan. Jadi pengembangan selalu ada, tidak akan berhenti. Ketiga, pengembangan pasar karena itu pasti dan meluas terus. Kalau dikatakan pasarnya akan stuck belumlah.

Saat ini kami mengembangkan penerbangan dari Indonesia ke China. Dari berbagai destinasi lainnya juga, tidak hanya yang terbang dari Jakarta.

 

Apakah pengembangan akan selalu related dengan investasi?

Ada tetapi tidak selalu linier. Misalnya, kami mau menambah kapasitas penerbangan 5% belum tentu harus menambah pesawat. Utilisasinya saja ditambah dari yang tadinya 10 jam, jadi 12 jam, pasti langsung naik. Kalau tadinya pesawat 9 kali landing per hari, saya tambah 2 kali jadi 11 pasti bertambah kapasitasnya.

 

Apa saja rencana ekspansi bisnis Lion Air Group tahun ini?

Dulu Pak Rusdi [Rusdi Kirana, founder Lion Air Group] sudah berpikir jauh. Contoh, beliau melakukan lompatan-lompatan yang luar biasa dalam melakukan pengadaan. Beliau bilang kami harus punya order yang pasti. Di Boeing, kami sudah punya order 458 unit. Artinya, kami sudah punya pesawat di pabrik 458 unit yang harus di-deliver sesuai dengan kesepakatan.

Kemudian, beliau putuskan lagi untuk mengadakan 234 unit Airbus, ditambah 6 Airbus 330 sehingga total 240 unit itu sudah order dan sebagian sudah di-deliver. Kemudian, order lagi 100 unit pesawat ATR.

 

Apakah semua ini akan jalan?

Tentu jalan. ATR sekarang sudah pesawat ke-64. Sebagaian di Malaysia dan sekitar 50 lebih di Indonesia. Sekarang ini kami lebih longgar melihat market-nya. Pesawat itu bisa ke Malaysia, Thailand, atau ke Indonesia.

 

Untuk Airbus itu apakah akan deliver?

Deliver. Batik Air itu akan menerima 8 unit Airbus. ATR akan terima 16 unit. Selain itu, Lion Air akan menerima 2 Max 8, Thailand akan menerima 2 unit lagi Airbus 330. Itu jalan terus karena kami sudah punya order.

Ada dua makna dari order ini. Pertama, untuk menambah kapasitas atau pengembangan armada. Kedua, untuk mengganti pesawat yang sudah berumur. Ketiga, kami juga terus mengembangkan rute baru seperti ke Madinah dari daerah sehingga bisa lebih hemat.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper