Bisnis.com, JAKARTA - Masa-masa pandemi virus Corona (Covid-19) seperti saat ini membuat semua pihak mengulurkan tangannya untuk membantu pemerintah agar wabah tersebut tak menyebar luas. Bentuknya, bermacam-macam.
Ada yang menjadi relwan. Ada yang mendonasikan sebagian uangnya ke sejumlah lembaga. Atau, tidak sedikit yang mendonasikan uang dengan membeli kebutuhan pokok bagi orang-orang yang membutuhkan.
Namun, apa yang dilakukan Nodeflux berbeda. Perusahan pengembang teknologi kecerdasan buatan (AI) ini merasa ada bagian dari kerja mereka yang dapat bermanfaat dalam masa-masa seperti ini, khususnya kala DKI Jakarta menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Dalam implementasi kebijakan tersebut, Nodeflux melihat adanya peran dan peluang implementasi teknologi AI dalam membantu pemerintah melakukan monitoring dan mengambil keputusan berdasarkan data. Sehingga proses pemantauan kebijakan lebih efektif dan efisien.
"Pandemi telah membawa kami keluar dari zona nyaman dan memikirkan solusi yang dapat memberikan manfaat kepada pemerintah dan masyarakat. Hal ini adalah komitmen nyata Nodeflux mendukung kebijakan pemerintah," ucap Meidy, CEO Nodeflux.
Dalam kerjanya, Nodeflux melakukan integrasi CCTV di wilayah DKI sejak hari pertama PSBB, yakni 10 April 2020. Integrasi itu tersambung di 1.500 CCTV milik pemerintah provinsi.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 90 persen melakukan video analitik kepadatan kendaraan. Dan, lebih dari 70 persennya melakukan video analitik kepadatan masyarakat.
Dengan begitu, solusi yang dikembangkan Nodeflux ada tiga, antara lain: public mobility monitoring, yakni mendeteksi dan menghitung kepdtan manusia dan kendaraan; social distance monitoring, memantau dan memberi peringatan secara otomatis ketika adanya jarak antarmanusia kurang dari sau meter; terakhir face-mask monitoring, membantu memberi peringatan jika ada seseorang yang tak mengenakan masker.
"Kami percaya, kolaborasi pemerintah dan swasta dapat mendorong percepatan penanganan pandemi ini," ucap Meidy.