Telkomsel Suntik Gojek Ro4,3 Triliun, Ini Untung dan Ruginya

Akbar Evandio
Senin, 10 Mei 2021 | 21:03 WIB
Ilustrasi Telkomsel. /Istimewa
Ilustrasi Telkomsel. /Istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Langkah PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) untuk kembali berinvestasi di Gojek dinilai menjadi sentimen positif untuk meningkatkan minat pemodal untuk menyuntikan dana pada kuartal III/2021. 

Ketua Umum Asosiasi Startup Teknologi Indonesia (Atsindo), Handito Joewono mengatakan investasi Telkomsel akan memberi efek stimulus positif pada investasi sejenis di ekosistem startup

“Langkah Telkomsel merupakan satu dari sedikit pilihan yang dipunyai di tengah menurunnya kinerja bisnis inti telekomunikasi seluler sehingga mengharapkan pertumbuhan pemasukan dari investasi dengan mendayagunakan cadangan cash-nya,” ujarnya, Senin (10/5/2021).

Berdasarkan laporan info memo yang diterima Bisnis, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) mencatatkan pendapatan senilai Rp87,1 triliun sepanjang 2020, turun 4,4 persen secara tahunan.

Adapun, kontribusi bisnis layanan digital menjadi penggerak utama Telkomsel dalam membukukan nilai tersebut. Tercatat anak perusahaan BUMN ini berhasil mencetak pendapatan layanan digital senilai Rp62,32 triliun pada 2020, naik 7 persen secara tahunan.

Namun, dia melanjutkan, secara bisnis jangka panjang sepertinya tidak dirasa perlu bagi Telkomsel untuk menambah penyertaan di Gojek, hanya saja rencana IPO GOTO yang diharapkan memberikan capital gain dalam jangka relatif pendek bisa menjadi menjadi pertimbangan Telkomsel dalam rangka mengganjal performa keuangan.

“Jika, dilihat dari lumayan besarnya investasi yang ditanamkan Telkomsel di Gojek, sepertinya dihasilkannya manfaat berupa penambahan pelanggan atau pendapatan belum terbayar dari nilai investasi tersebut. Bahkan, investasi Telkomsel di Gojek akan memperbaiki struktur permodalan dan investment gim mereka,” kata Handito. 

Tidak hanya itu, menurutnya aksi korporasi tersebut turut meningkatkan gairah kompetitor untuk segera melantai di bursa, khususnya di bidang sejenis baik bursa lokal maupun melalui SPAC. 

Bank Indonesia (BI) memperkirakan nilai transaksi perbankan digital meningkat sekitar 19 persen dari Rp27.000 triliun pada 2020 menjadi Rp32.000 triliun pada 2021. 

Sedangkan, laporan Cento Ventures menemukan bahwa pendanaan ke startup Asia Tenggara turun 3,5 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$8,2 miliar pada 2020. Pada semester I/2020, pendanaan ke startup Asia Tenggara US$5,9 miliar, lalu turun di semester II/2020 menjadiUS$ 2,3 miliar. 

Adapun, jumlah kesepakatan investasi sepanjang tahun lalu 645, turun dibandingkan 2019 yang mencapai 704. Namun, berdasarkan nilainya, Indonesia berkontribusi 70 persen terhadap total pendanaan. Lalu Singapura (14 persen), Malaysia (5 persen), Thailand (5 persen), Vietnam (4 persen), dan Filipina (2 persen).

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper