Bisnis.com, JAKARTA – Cassie Kozyrkov, seorang ilmuwan senior yang sebelumnya menjabat sebagai kepala ilmuwan pengambil keputusan di perusahaan teknologi dunia Google dan membantu merintis bidang kecerdasan tetapan, diketahui mundur dari jabatannya dan akan melakukan karir solo.
Melansir dari Fortune, Jumat (8/9/2023), Kozyrkov telah menghabiskan 10 tahun di Google, dengan 5 tahun di antaranya bertanggung jawab sebagai kepala ilmuwan pengambil keputusan terkait artificial intelligence (AI). Dia mengarahkan para pemimpin perusahaan untuk membuat keputusan yang tepat dan bertanggung jawab terkait AI.
Selama masa jabatannya sebagai kepala ilmuwan pengambil keputusan yang dimulai pada 2018, divisi AI Google berkembang secara substansial, di antaranya perusahaan meluncurkan Duplex, sebuah add-on untuk Google Assistant yang dapat melakukan panggilan telepon atas nama penggunanya sehingga memudahkan penjadwalan janji temu, reservasi restoran, dan interaksi lainnya.
Google juga merilis Bard, model bahasa besar atau large language model (LLM) miliknya sendiri yang menyaingi ChatGPT. Dalam beberapa waktu ke depan, Google juga mengembangkan fitur-fitur yang memudahkan pengguna dalam memperoleh informasi dari mesin pencari.
Pekerjaan Kozyrkov di Google berkisar pada gagasan bahwa individu dapat membuat pilihan yang memengaruhi banyak orang. Dengan karir solonya, Kozyrkov akan memulai misi edukasinya terkait pengambilan keputusan. Dia mengaku akan meluncurkan kursus LinkedIn pertamanya, menerbitkan buku, serta memberikan kuliah tentang cara membuat keputusan yang tepat.
“Sangat mudah untuk menganggap teknologi sebagai sesuatu yang otonom. Namun, ada orang-orang di balik teknologi, yang membuat keputusan yang sangat subjektif dengan atau tanpa keterampilan, yang nantinya berdampak pada jutaan nyawa,” ujar Kozyrkov.
AI kini mengalami periode pertumbuhan besar-besaran, yang secara bersamaan menimbulkan kekhawatiran terkait masa depan bagi sebagian orang. Sejumlah ahli di bidang AI turut memperingatkan bahwa hal itu dapat mengakhiri peradaban manusia. Di saat-saat seperti ini, menurut Kozyrkov, sangat penting untuk memiliki pemimpin yang terdidik dalam pengambilan keputusan.
Kozyrkov tidak menyebutkan lebih detail alasan dari keputusannya meninggalkan Google karena perjanjian kerahasiaan. Namun, yang pasti Kozyrkov hengkang di masa-masa krusial perusahaan. Google menerima gugatan pada bulan Juli lalu terkait tuduhan pengumpulan informasi berhak cipta untuk melatih model AI pada Bard.
Google juga masih harus memutuskan waktu yang tepat untuk merilis Bard agar tetap kompetitif dengan ChatGPT dan sejumlah chatbot berkekuatan AI lain tanpa merusak reputasinya sendiri, mengingat kecaman yang diterima perusahaan setelah munculnya sebuah video demo Bard yang menunjukkan chatbot memberikan jawaban yang salah. (Lydia Tesaloni Mangunsong)