Bisnis.com, JAKARTA — Kantor berita Reuters menerbitkan laporan investigasi soal kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan milik miliarder Elon Musk, SpaceX.
Reuters mencatat setidaknya terdapat 600 kecelakaan kerja yang tidak dilaporkan sebelumnya dari perusahaan roket luar angkasa tersebut.
“Karyawan SpaceX mengatakan mereka menanggung harga yang terlalu mahal dari ambisi Musk untuk ekspansi ke ruang angkasa dengan kecepatan yang sangat tinggi,” tulis Reuters dalam laporan investagasinya yang dikutip Sabtu (11/11/2023).
Lewat wawancara dan dokumen yang dihimpun dari berbagai sumber di pemerintah dan parlemen, Reuters mengidentifikasi setidaknya 600 kecelakaan terjadi sejak 2014 lalu. Malahan, satu karyawan Lonnie LeBlanc (38), pensiunan angkatan laut AS, dilaporkan meninggal pada Juni 2014 lalu.
Sebagian besar korban mengalami kecelakaan serius dan kelumpuhan permanen. Reuters melaporkan 100 pekerja yang menderita luka atau laserasi, 29 pekerja mengalami patah tulang atau dislokasi, 17 pekerja mengalami tangan atau jarik remuk dan 9 pekerja mengalami cedera kepala, termasuk satu patah tulang tengkorak, empat gegar otak dan satu cedera otak traumatis.
Kecelakaan itu turut mencakup 5 luka bakar, 5 sengatan listrik, 8 kecelakaan yang mengakibatkan amputasi, 12 cedera yang melibatkan beberapa bagian tubuh yang tidak disebutkan secara spesifik dan 7 pekerja dengan cedera mata. Sementara sisanya, relatif kecelakaan kecil seperti cedera ringan atau keseleo.
“Pikiran Elon yang mengarahkan SpaceX untuk menjalankan misi pergi ke Mars secepat mungkin dan menyelamatkan manusia telah menjadi bagian dari perusahaan,” kata mantan insiyur avionik senior SpaceX Tom Moline, yang dipecat setelah menyampaikan keluhan di tempat kerja.
Satu pekerja cedera parah pada Januari 2022 diakibatkan oleh serangkaian kegagalan keselamatan yang menggambarkan masalah sistemik di SpaceX, menurut delapan mantan karyawan SpaceX yang mengetahui kecelakaan tersebut.
Dalam kasus tersebut, ada bagian yang terlepas saat pengujian tekanan mesin roket Raptor V2 – yang mematahkan tengkorak karyawan Francisco Cabada dan membuatnya koma.
Istri Cabada mengatakan kepada Reuters bahwa perusahaan telah mengabaikan upaya keluarga untuk mencari tahu mengapa suaminya tidak dilindungi.
“Senang rasanya mendapat telepon dari Elon Musk, tapi saya rasa para pekerja hanya bisa dibuang begitu saja,” kata Ydy Cabada.
Secara keseluruhan, Reuters mewawancarai lebih dari tiga lusin orang yang memiliki pengetahuan tentang praktik keselamatan SpaceX, termasuk lebih dari dua lusin karyawan saat ini atau mantan karyawan.
Banyak sumber yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya, dengan alasan kekhawatiran mengenai karier atau dampak hukum. SpaceX tidak menanggapi pertanyaan dari Reuters dan penjelasan rinci tentang temuan laporan ini.