Apa Itu Fenomena Aphelion, Penyebab, dan Kapan Terjadinya

Redaksi
Kamis, 18 Juli 2024 | 16:35 WIB
Fenomena aphelion/bmkg
Fenomena aphelion/bmkg
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Belakangan fenomena aphelion disebut menjadi biang kerok dari suhu dingin di Indonesia. 

Namun, BMKG menegaskan suhu dingin di Indonesia bukanlah karena fenomena aphelion.

Lantas apakah sebenarnya fenomena Aphelion itu.

Dilansir dari The Indian Express, berikut beberapa fakta tentang fenomena Aphelion:

1. Fenomena tahunan setiap bulan Juli

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bumi akan mencapai titik terjauhnya dari matahari–yang disebut dengan fenomena Aphelion.

Fenomena ini terjadi setahun sekali dan biasanya jatuh di setiap bulan Juli. Aphelion dapat terjadi karena bumi mengelilingi matahari dalam orbit berbentuk elips–dan bukan melingkar–sehingga akan tiba saatnya bumi berada di titik terjauh orbit.

2. Terjadi karena adanya gaya gravitasi antar planet

Menurut Kirby Runyon, seorang geolog di Planetary Science Institute, orbit elips yang menyebabkan fenomena Aphelion tersebut terbentuk karena adanya gaya tarik-menarik antar planet.

Semua planet cenderung saling bergesekan dan menarik orbit mereka dari lingkaran sempurna.

Pengaruh paling besar diberikan oleh Jupiter, sebagai planet paling masif di tata surya. Seberapa jauh orbit suatu planet menyimpang dapat diukur dari eksentrisitasnya.

Semakin tinggi eksentrisitasnya, maka akan semakin elips orbitnya. Bumi sendiri memiliki eksentrisitas sebesar 0,017.

3. Berlawanan dengan fenomena perihelion

Jika aphelion merupakan titik terdekat matahari dan bumi, berbeda lagi dengan perihelion. Perihelion merupakan kondisi di mana bumi berada di titik terdekat dengan matahari.

Saat aphelion terjadi, bumi dari matahari akan berjarak sekitar 152,1 juta kilometer. Sedangkan fenomena perihelion akan terjadi enam bulan kemudian–pada awal Januari–yang membuat bumi dan matahari akan berjarak sejauh 147,1 juta kilometer. Tahun ini, bumi mencapai aphelion pada tanggal 5 Juli kemarin.

4. Bukan menjadi faktor yang memengaruhi suhu di Bumi

Dilansir dari Space.com, terdapat kekeliruan terhadap pengaruh posisi bumi dengan suhu yang sedang terjadi di dalamnya. Banyak yang menganggap bahwa semakin jauh posisi bumi dari matahari, maka semakin hangat suhu yang terjadi.

Namun, faktanya cuaca hangat atau dingin tidak berhubungan dengan jarak bumi ke matahari. Semua suhu yang terjadi di bumi disebabkan oleh kemiringan sumbu bumi. Kemiringan tersebut menentukan apakah sinar matahari akan menyinari bumi secara langsung atau pada sudut yang lebih rendah.

5. Jika tidak ada Aphelion, bumi akan berada dalam keadaan yang sangat buruk

Menurut Runyon, saat ini kondisi bumi–dengan orbit elips–sudah berada dalam kondisi yang baik. Jika orbit planet berbentuk lingkaran sempurna, durasi semua musim akan sama persis.

Saat ini, musim semi dan musim panas di Belahan Bumi Utara memiliki jumlah hari yang lebih banyak dibandingkan musim gugur dan musim dingin. Namun, tidak banyak hal lain yang akan berubah.

Di balik itu semua, terdapat konsekuensi yang lebih besar jika orbit bumi berbentuk lingkaran sempurna. Musim-musim di Belahan Bumi Selatan akan menjadi sangat ekstrem–musim panas akan sangat panas dan musim dingin akan sangat dingin. Akibatnya, akan terjadi gagal panen dan musim dingin yang membeku.

6. Pernyataan BMKG

Dilansir dari situs resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), saat ini informasi terkait kekeliruan penyebab Aphelion sudah menyebar dan meresahkan masyarakat.

Dalam isu yang beredar, cuaca dingin di Indonesia belakangan ini disebabkan oleh Aphelion, tetapi faktanya tidak seperti itu.

BMKG menyatakan bahwa masyarakat tidak perlu panik, karena fenomena ini merupakan hal yang sudah biasa terjadi di setiap tahunnya.

BMKG juga mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia menjadi lebih dingin akhir-akhir ini, yaitu:

  1. Adanya pergerakan angin dari arah timur-tenggara (Benua Australia) yang biasa disebut angin Monsoon Dingin Australia.
  2. Berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara. Dengan tidak adanya uap air dan air, maka energi radiasi yang dilepaskan bumi tidak tersimpan di atmosfer.
  3. Langit dengan awan yang bersih (clear sky), yang membuat panas radiasi balik gelombang panjang langsung dilepaskan ke atmosfer luar. (Rafi Abid Wibisono)

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Redaksi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper