Riset APJII 2024: 73% Pengguna Internet di Wilayah Tertinggal Puas dengan Bakti

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 19 September 2024 | 10:07 WIB
Penampakan salah satu RTGS Satelit Satria-1 Bakti di IKN/Bisnis.com - Dany Saputra
Penampakan salah satu RTGS Satelit Satria-1 Bakti di IKN/Bisnis.com - Dany Saputra
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Masyarakat di daerah tertinggal merasa merasa puas dengan kehadiran internet Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kemenkominfo. Infrastruktur telekomunikasi yang dibangun Bakti juga telah membuat masyarakat di 3T makin terpapar dengan internet. 

Dari total 8,1 juta masyarakat di daerah tertinggal yang telah terhubung internet, sebanyak 73% merasa puas dengan kehadiran internet Bakti.  Sementara itu 21,90% kurang puas.

Diketahui, penetrasi internet di wilayah tertinggal menembus 82,6% pada September 2024.  Artinya masih ada 17,4% masyarakat yang belum mendapat akses internet. 

Kehadiran internet membantu mereka dalam mengakses informasi dari sosial media (47,60%) mengakses hiburan (12,5%) hingga memba

Riset yang sama juga mengungkapkan bahwa sebelum Bakti membangun akses internet di desa, tinggkat penggunaan internet di desa berada pada rentang sedang hingga rendah (64,1%). Mereka sulit mendapat akses internet, jika pun ada, kecepatan internet yang hadir terbatas.

Kemudian sebanyak 16,7% responden mengaku tidak mendapat akses internet sama sekali.

Hanya 17,5% responden yang merasa mendapat internet dengan kualitas cukup baik sebelum Bakti hadir. 

Adapun setelah infrastruktur internet Bakti hadir, masyarakat mulai merasakan dampak dari layanan internet. 

Sebanyak 33,63% responden mengaku internet Bakti membantu mereka untuk berkomunikasi dengan keluarga dan teman-teman menggunakan aplikasi atau pesan sosial media. Sebanyak 18% responden menggunakan untuk mendengarkan musik secara streaming, 14,80% menggunakan untuk mengakses informasi terbaru secara daring, dan 9% untuk mencari informasi tentang peluang kerja dan pendidikan. 

Internet Bakti juga digunakan untuk meningkatkan skil (6,3%) dan bertransaksi secara online (7%). 

Dalam Survei Penetrasi Internet di Daerah Tertinggal Tahun 2024, APJII melibatkan 1.950 responden yang tersebar di 64 kabupaten di 17 provinsi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 899 responden  (46%) berada di wilayah Papua, kemudian 414 responden (21%) berada di Nusa Tenggara Timur, dan 181 responden (9%) berada di Maluku. 

Lebih lanjut mayoritas sampel responden (60%) berusia 12-43 tahun, dengan tiga pekerjaan teratas adalah Petani (18,8%), Ibu Rumah Tangga (19,5%) Pelajar/Mahasiswa (15%), Wiraswasta (8,3%) dan lain sebagainya. 

Riset dilaksanakan selama periode Juli - September 2024, dengan menggunakan metode probability sampling. 

Sebelumnya, Kepala Divisi Pengadaan BAKTI Kominfo Gumala Warman mengatakan upaya memangkas kesenjangan digital di daerah rural dilakukan melalui pembangunan infrastruktur seperti BTS 4G, jaringan serat optik, dan satelit.

Bakti telah membangun infrastruktur base transceiver station (BTS) di 1.665 lokasi menggunakan kontribusi Universal Service Obligation (USO), serta di 4.995 lokasi menggunakan bauran pembiayaan. Keseluruhan pemancar sinyal tersebut dibangun di daerah 3T.  

Bakti, kata Gumala, juga membangun dan menyediakan layanan internet berbasis serat optik, satelit dan radio link yang terdapat di 18.697 titik layanan publik di seluruh Indonesia. 

“Kemudian, jaringan fiber optik juga sepanjang 12.229 km yang dinamakan Palapa Ring merupakan proyek telekomunikasi pemerintah pertama yang menggunakan skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha,” kata Gumala Warman dalam literasi digital Empowern3T, Embrace the Digital age Lead the Change di Auditorium Universitas Pattimura, Selasa (17/2024).

Untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau serat optik dan radio link, Bakti mengoptimalkan Satelit High Throughput Satellite (HTS) Satria yang dinamakan Satria 1 dengan kapasitas sebesar 150 Gbps. 

Peluncuran Satelit Satria
Peluncuran Satelit Satria

Satria, kata Gumala, telah diluncurkan pada 19 Juni 2023 dan beroperasi pada 2 Januari 2024. 

Dalam pemaparannya, Gumala mengungkapkan masih banyaknya kendala atau tantangan dibalik masifnya pembangunan akses telekomunikasi di daerah 3T.

Kondisi geografis, kata Gumala menjadi kendala utama dalam mengembangkan akses telekomunikasi. Sebab, daerah 3T seringkali memiliki medan yang berat, seperti pegunungan, hutan belantara, pulau-pulau kecil terpencil.

“Kondisi ini membuat pembangunan telekomunikasi menjadi lebih sulit dan mahal. Selain itu, keterbatasan infrastruktur pendukung seperti jalan, listrik, dan SDM juga menjadi penghambat banyak daerah 3T yang belum memiliki akses listrik dan jalan yang memadai,” ucap Gumala.

Selain membangun infrastruktur telekomunikasi, BAKTI Kemenkominfo juga memiliki tujuan untuk melakukan pemberdayaan kepada masyarakat agar melek digital.

Melalui program literasi digital Empowern3T, Embrace the Digital age Lead the Change, Bakti berupaya untuk turut terlibat dalam memberdayakan masyarakat, tidak hanya membangun infrastruktur telekomunikasi. 

“Maka kami menyambut baik kegiatan ini dan yakin bahwa akan banyak manfaat yang bisa dipetik untuk bekal mendapat manfaat dari ruang digital. Terima kasih pada para mitra, penyelenggara, panitia, harian Bisnis Indonesia, dan juga Universitas Pattimura,” tutup Gumala.

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper