Starlink Dipakai untuk RT/RW Net, Elon Musk Disebut Terapkan FUP

Leo Dwi Jatmiko
Rabu, 9 Oktober 2024 | 08:19 WIB
Ilustrasi starlink
Ilustrasi starlink
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII) menyebut satelit orbit rendah Starlink telah digunakan secara bersamaan di beberapa rumah (RT/RW Net), dengan skema batas pemakaian wajar atau Fair Usage Policy (FUP). 

FUP merupakan skema pemakaian internet dengan batas pemakaian tertentu. Skema ini memungkinkan perusahaan internet dalam mengambil sikap atas  pemakaian internet di pelanggan ketika angka penggunaan melebihi batas yang ditetapkan. 

Beberapa ISP Indonesia seperti IndiHome dan Biznet telah menggunakan metode ini untuk 'mencekek' kecepatan internet pengguna saat melebihi batas pemakaian. Dalam kasus Starlink, pemakaian tidak wajar akan langsung diberi sanksi blokir menurut APJII.

Sekretaris Umum APJII Zulfadly Syam mengatakan satu perangkat Starlink dapat digunakan untuk beberapa rumah dengan menggunakan alat khusus. 

Praktik tersebut sudah berjalan dan dapat mengurangi beban masyarakat untuk mendapat layanan internet. 

Sebagai gambaran, harga bulanan Starlink pada kisaran Rp750.000, dibandingkan membayar sendiri, membagi beban pembayaran kepada 3 orang akan membuat ongkos lebih ringan. Zulfadly juga menyampaikan bahwa Starlink saat ini telah menjadi anggota APJII. 

“Jika WiFi ini ditaruh di tiga rumah maka Starlink masih bisa diakses. Namun ketika dikomersialisasikan di sini permasalahannya,” kata  Zulfadly kepada Bisnis, Selasa (8/10/2024).

Dia menjelaskan saat dibagi beberapa pengguna tanpa menarik untung, trafik Starlink kemungkinan masih sesuai dan normal. 

Kondisi berbeda ketika dikomersialisasikan. Pembeli akan menggunakan Starlink yang didapat dari reseller tidak resmi, secara jor-joran yang berdampak pada anomali trafik dan terbaca oleh Starlink maka berdampak pada pemblokiran. 

“Mereka [Starlink] akan melihat dari FUP, ketika malam tiba-tiba naik maka akan diblokir Kalau semuanya sebelum perangkat itu mentok di 100 Mbps itu pasti akan diblokir karena tidak wajar,” kata Zulfadly. 

Perangkat internet Starlink milik Elon Musk diperkirakan terus dijual dengan yang lebih murah di Indonesia. Teranyar, perangkat Starlink kembali banting harga sebesar 33% menjadi Rp3,9 juta hingga 16 September.

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menilai bahwa sebagai pendatang baru, Starlink harus melakukan upaya memikat pengguna dengan menjual harga layanan internet yang lebih murah dibandingkan operator seluler atau internet broadband terdahulu.

Bukan hanya itu, Heru juga melihat akan adanya gerak-gerik Starlink menurunkan harga layanan bulanan untuk merebut pasar telekomunikasi di Indonesia. Hal ini mengingat harga layanan termurah Starlink dibanderol Rp750.000 per bulan.

“Terkait harga yang ada sekarang memang masih Rp750.000 per bulan, ini yang tampaknya mungkin akan dilakukan kalkulasi ulang [Starlink] untuk pasar Indonesia dan bukan tidak mungkin dijual dengan harga yang lebih murah lagi,” kata Heru kepada Bisnis, Kamis (15/8/2024).

Heru menuturkan bahwa persaingan harga terjadi seiring dengan sensitifnya pasar di Indonesia. Artinya, kompetisi ini harus dilakukan salah satunya dengan menjual produk yang lebih murah dari kompetitor lainnya.

Dengan adanya persaingan itu, Heru kembali menekankan sejak awal Starlink masuk, maka Indonesia harus bersiap mewaspadai terjadinya predatory pricing dengan menjual produk di bawah psar.

“Karena dampak dari predatory pricing itu baru bisa dinilai ketika ada operator yang mati, ada penyelenggara internet yang bangkrut, dan kita kan tidak mau itu terjadi. Caranya diwaspadai, diingatkan menjual produk di bawah pasar,” jelasnya.

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper