Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) bersama dengan perusahaan induknya Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) menyiapkan dana sebesar US$100 juta atau Rp1,56 triliun untuk mendorong pertumbuhan startup di Tanah Air, khususnya yang bergerak di sektor teknologi finansial (fintech).
Melalui MUFG Innovation Garuda No. 1 Limited Investment Partnership (MUIP Garuda Fund), MUFG memfokuskan pendanaan kepada startup tahap Serie A ke atas, dengan rata-rata investasi sebesar US$5 juta per startup. Artinya ada 20 startup terpilih yang bakal menerima pendanaan.
Nilai investasi yang disiapkan MUIP Garuda Fund pada tahun ini sama seperti nilai yang dialokasikan pada 2023, yang sebesar Rp1,5 triliun.
Baca Juga Bangun Ekosistem Startup, Corporate Venture Capital Perlu Didorong Lebih Banyak Berinvestasi |
---|
Director overseeing Southeast Asia investment MUIP Ryusuke Hirota mengatakan inisiatif ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekosistem startup di Indonesia.
“Termasuk melalui pengembangan sinergi bisnis yang memperkuat jaringan, meningkatkan kapabilitas digital, dan memperluas kolaborasi dengan pelaku fintech di Indonesia,” kata Ryusuke dikutip, Kamis (24/10/2024).
Salah satu langkah konkret yang dilakukan MUIP untuk mewujudkan hal tersebut, kata Ryusuke, adalah melalui pelaksanaan Danamon Investment Matching Fair yang melibatkan lebih dari 50 startup. MUFG Group menyaring startup potensial yang siap mendapat dana dari MUIP Garuda Fund.
Global Alliance Strategy Director Danamon Jin Yoshida mengatakan Danamon, MUFG, dan MUIP Danamon Investment Matching Fair juga bertujuan untuk memperluas ekosistem bisnis digital dan meningkatkan kolaborasi dalam sektor keuangan.
“Kami berharap, melalui penyelenggaraan investment matching ini, kami dapat mengidentifikasi peluang untuk memberikan dana investasi kepada startup yang dinilai memiliki potensi untuk bertumbuh dan menjadi sukses,” kata Yoshida.
Diketahui, Asia Tenggara menduduki peringkat pertama di antara pasar negara berkembang, sebagai kawasan yang paling banyak menadah pendanaan startup dari modal ventura sepanjang semester I/2024. Singapura, Indonesia, dan Thailand, masing-masing mengamankan satu tempat di posisi 5 teratas.
Perusahaan data venture capital (VC) Magnitt dalam laporan terbaru yang dirilis pada Juli 2024, menerangkan bahwa total pendanaan di pasar modal berkembang alias emerging venture markets (EVM) mengalami transformasi signifikan dengan total US$3.469 miliar, turun 34% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Asia Tenggara memimpin dengan pendanaan sebesar US$2.209 juta, meskipun mengalami penurunan 31% dari semester I/2023, yang menguasai 64% dari total pendanaan EVM pada paruh pertama tahun ini. Kawasan ini juga mengalami aktivitas transaksi tertinggi dengan 235 transaksi.
Magnitt menerangkan posisi dominan ini didorong oleh transaksi jumbo US$100 juta atau lebih, yang menggarisbawahi daya tarik Asia Tenggara yang berkelanjutan bagi pemodal ventura bahkan di pasar yang melambat.
Lembaga itu juga menggarisbawahi penurunan pendanaan sebagai perlambatan yang lebih luas dalam industri ini karena investor mengalihkan perhatian ke putaran pendanaan tahap awal sebesar US$1 juta hingga US$5 juta. Menurut lembaga yang berpusat di Dubai itu, pendanaan US$100 juta tau lebih telah menurun.