Tim Siber Rusia, China dan Iran Perang AI, Pengaruhi Opini Publik di Pemilu AS

Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 25 Oktober 2024 | 10:25 WIB
Ilustrasi peretas melakukan serangan kepada salah satu kandidat pemilu di AS. Dok Freepik
Ilustrasi peretas melakukan serangan kepada salah satu kandidat pemilu di AS. Dok Freepik
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Microsoft, perusahaan teknologi asal Amerika Serikat, menduga adanya keterlibatan tim siber Rusia, China dan Iran dalam mempengaruhi opini publik perihal kandidat yang bersaing pada pemilihan umum (Pemilu) di AS.

Ketiga negara tersebut gencar melancarkan serangan siber kepada masing-masing kandidat dengan potensi serangan yang makin memanas jelang 5 November 2024. Serangan dilakukan menggunakan deepfake yang dihasilkan dari kecerdasan buatan (AI).

Rusia dikabarkan menyerang citra Wakil Presiden Kamala Harris, sementara China menargetkan Partai Republik. 

Pusat Analisis Ancaman Microsoft (MTAC) menulis bahwa operasi pengaruh asing ditujukan pada pemilihan umum AS sedang berkembang. 

Manajer Umum MTAC Clint Watts mencatat bahwa sejarah telah menunjukkan bagaimana kemampuan aktor asing untuk mendistribusikan konten yang menipu dengan cepat dapat berdampak signifikan terhadap persepsi publik dan hasil pemilu telah dilakukan. Oleh karena itu, para pemilih, lembaga pemerintah, kandidat, dan partai harus tetap waspada terhadap aktivitas daring.

“Hampir dapat dipastikan bahwa para aktor ini akan meningkatkan operasi mereka selama masa ini,” kata Watts dikutip dari Techspot, Jumat (25/10/2024). 

Sementara itu Iran dikabarkan juga menjalankan sejumlah operasi terhadap berbagai target di AS, khususnya tim kampanye Trump. Iran telah menyerukan warga Amerika untuk memboikot pemilu karena dukungan para kandidat terhadap Israel, dan telah mencoba memicu protes anti-Israel di sejumlah universitas.

Rusia, yang tidak asing dengan tuduhan mencoba mempengaruhi pemilu AS, menargetkan kampanye Harris-Walz. Agen-agennya terus membuat video deepfake tentang Wakil Presiden, yang salah satunya memperlihatkan dia membuat komentar-komentar yang merendahkan tentang Trump. Yang lain menuduhnya melakukan perburuan ilegal di Zambia, dan video lainnya menyebarkan disinformasi tentang Tim Walz. Video Walz memperoleh lebih dari 5 juta penayangan di X dalam 24 jam pertama sejak diunggah.

Operasi China difokuskan pada kandidat Partai Republik dan anggota Kongres yang mendukung kebijakan anti-China, Agen China telah menggunakan pesan antisemit, menyebarkan tuduhan korupsi, dan mempromosikan kandidat oposisi.

Meningkatnya penggunaan AI generatif dalam kampanye disinformasi ini sangat mengkhawatirkan, mengingat betapa canggihnya teknologi tersebut.

 MTAC memperingatkan pada bulan September 2023 bahwa Tiongkok menggunakan AI untuk memengaruhi pemilih AS dengan konten yang berfokus pada topik yang memecah belah secara politik, termasuk kekerasan senjata, dan merendahkan tokoh serta simbol politik AS (di bawah).

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper