Kecerdasan Buatan (AI) Makin Canggih, Risiko Lonjakan Deepfake Bayangi RI

Lukman Nur Hakim
Selasa, 14 Januari 2025 | 15:41 WIB
Ilustrasi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di sektor perbankan. Dok Freepik
Ilustrasi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di sektor perbankan. Dok Freepik
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Palo Alto Networks, perusahaan keamanan siber global, menyebut serangan siber yang menggunakan metode deepfake bakal lebih masif pada 2025 imbas perkembangan kecerdasan buatan (AI)

Deepfake sendiri adalah teknologi yang menggunakan kecerdasan buatan untuk membuat gambar, video, atau suara palsu yang terlihat sangat nyata.

Regional Vice President Palo Alto Networks Asean Steven Scheurmann menyampaikan bahwa masifnya penggunaan deepfake dikarenakan peretas hanya perlu menggunakan AI untuk mengubah suara mereka menjadi suara seseorang yang dikenal oleh korban.’

Kemudahan yang dihadirkan oleh AI membuat peretas dapat menyasar sasaran mereka lebih banyak dibandingkan tanpa AI. 

“Video deepfake memang makin canggih, tapi suara tetap yang termudah saat ini,” kata Steven dalam acara Media Briefing Palo Alto, Selasa (14/1/2025).

Adapun, berdasarkan laporan VIDA dampak dari penipuan deepfake terhadap bisnis di Indonesia membuat 55% bisnis mengalami kehilangan data dan informasi. Serta, 48% kehilangan kemitraan, 46% mengalami gangguan operasional, dan penipuan deepfake berimbas pada reputasi perusahaan sebanyak 45%.

Riset tersebut juga menunjukkan, seiring dengan semakin canggihnya penipu, penipuan peniruan identitas (67%) dan serangan rekayasa sosial atau social engineering alias soceng (42%) menjadi semakin sulit dideteksi.

Senada dengan Steven, Technical Solutions Manager Palo Alto Networks Arthur Siahaan mengatakan bahwa saat ini para hacker atau peretas terus memanfaatkan teknologi untuk melakukan aksinya.

Salah satunya dengan memanfaatkan generatif AI untuk metode deepfake. Arthur menyebut metode deepfake yang dipakai oleh peretas sudah berkembang dan agak sulit untuk dibedakan.

Sehingga, pada 2025 Palo Alto menyarankan perusahaan untuk menerapkan keamanan secara menyeluruh dan tidak terpaku kepada firewall.

“Jadi keamanan data itu penting dan tidak hanya di pagar rumah, tapi juga di dalam rumahnya itu sendiri, kita harus ada security yang mengamankan kita semua,” ujarnya.

Di sisi lain, Country Manager Palo Alto Networks Indonesia, Adi Rusli, menuturkan bahwa deepfake merupakan metode lama yang saat ini masih sering digunakan karena adanya perkembangan teknologi.

Adi menyebut yang akan dihadapi saat ini bukan hanya SMS scam dan email scam, tapi sudah masuk ke era voice scam dan video scam.

“Jadi itu adalah perkembangan alami dari cara-cara yang bisa dipakai, bagaimana mereka bisa bukan sekadar SMS scam ataupun email scam, phishing, dan lain-lain. Tapi sudah menggunakan suara,” tutur Adi.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Lukman Nur Hakim
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper