Ngeri! Ini yang akan Terjadi pada Bumi Jika Dihantam Asteroid Bennu 157 Tahun Lagi, Kiamat?

Mia Chitra Dinisari
Kamis, 6 Februari 2025 | 13:04 WIB
Asteroid/NASA
Asteroid/NASA
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Para ilmuwan telah mengungkap apa yang sebenarnya akan terjadi pada planet bumi  jika sebuah asteroid seukuran One World Trade Center menabraknya seperti halnya asetroid bennu.

Temuan tersebut dimodelkan pada asteroid dekat Bumi Bennu, yang oleh NASA dianggap sebagai asteroid yang paling berisiko bagi planet kita dalam hal kedekatan dan dampaknya. Asteroid tersebut berdiameter 0,31 mil (0,5 kilometer) dan beratnya diperkirakan 74 juta ton (67 juta metrik ton).

"Dampak langsung dari dampak asteroid seukuran Bennu akan menyebabkan kerusakan yang dahsyat di sekitar lokasi dampak," kata Axel Timmermann, salah satu penulis studi dan direktur di Institute of Basic Science Center for Climate Physics di Pusan ​​National University di Korea Selatan, dilansir dari Live Science.

"Namun, sejumlah besar ejekta dari dampak tersebut akan memiliki dampak jangka panjang yang lebih besar pada iklim Bumi dan dapat memengaruhi masyarakat manusia di seluruh dunia." paparnya.

Bennu secara signifikan lebih kecil daripada raksasa selebar 6 mil (10 km) yang menciptakan kawah Chixulub dan memusnahkan dinosaurus sekitar 66 juta tahun yang lalu. Namun, bahkan asteroid seukuran Bennu dapat secara drastis mengurangi produksi pangan global dan menyebabkan perubahan iklim di seluruh dunia, kata para peneliti dalam penelitian tersebut, yang diterbitkan Rabu (5 Februari) di jurnal Science Advances.

Menjelang tumbukan, konsekuensi langsungnya akan sangat menghancurkan.

"Asteroid itu akan segera menghasilkan gelombang kejut yang kuat, radiasi termal, tsunami, gempa bumi, kawah, dan ejekta di sekitar lokasi tumbukan," kata Timmerman. Namun, efek jangka panjang dari tumbukan ini akan bersifat global.

"Kami terutama berfokus pada efek iklim dan ekologi dari beberapa ratus juta ton debu ke atmosfer atas dari tumbukan awal," kata Timmerman.

Dengan menggunakan model komputer super, para peneliti menunjukkan bahwa awan debu sebesar itu dapat mendinginkan suhu global hingga 7,2 derajat Fahrenheit (4 derajat Celsius) dan mengurangi curah hujan global sekitar 15%.

"Peredupan matahari karena debu akan menyebabkan 'musim dingin tumbukan' global yang tiba-tiba yang ditandai dengan berkurangnya sinar matahari, suhu dingin, dan berkurangnya curah hujan di permukaan," kata Timmerman.

Ini akan memperlambat pertumbuhan tanaman di daratan dan fotosintesis di lautan.

Secara keseluruhan, model tersebut memperkirakan hingga 30% pengurangan fotosintesis tanaman global serta 15% pengurangan curah hujan global, yang mengancam ketahanan pangan global.

Para penulis menambahkan bahwa perubahan pola cuaca ini dapat berlangsung selama lebih dari empat tahun setelah dampak awal. Gumpalan debu juga akan menipiskan lapisan ozon.

"Penipisan ozon yang parah terjadi di stratosfer karena pemanasan stratosfer yang kuat yang disebabkan oleh penyerapan partikel debu oleh matahari," kata Timmerman.

Namun, tidak semua organisme akan menderita. Jika dampak tersebut menghasilkan debu yang sangat kaya zat besi, jenis alga laut tertentu dapat berkembang biak, model tersebut menunjukkan.

Para peneliti mengatakan bahwa alga ini dapat menawarkan alternatif untuk produksi pangan di darat, tetapi alga tersebut juga dapat merusak ekosistem laut.

Seberapa besar kemungkinan Bennu akan menabrak Bumi?

Meskipun penting untuk mempertimbangkan risiko ini, peluang Bennu untuk menabrak Bumi pada tahun 2182 hanya 1 berbanding 2.700, kata Timmerman. Meski begitu, para ilmuwan NASA mempelajari sebanyak mungkin tentang batuan angkasa tersebut, yang diyakini telah terlepas dari asteroid yang lebih besar antara 700 juta hingga 2 miliar tahun yang lalu. Pada tahun 2016, para ilmuwan NASA mengirim wahana antariksa OSIRIS-REx ke asteroid tersebut untuk mengumpulkan sampel dari permukaannya. Sampel tersebut dibawa ke Bumi pada tahun 2023, dan hasil pertama analisis mereka terungkap minggu lalu.

Sampel dari Bennu mengandung kelima "huruf" yang membentuk kode genetik kehidupan — DNA dan RNA — di samping mineral yang kaya akan karbon, sulfur, fosfor, fluor, dan natrium — blok penyusun dasar kehidupan. Pandora adalah editor berita yang sedang tren di Live Science. Ia juga seorang presenter sains dan sebelumnya bekerja sebagai Reporter Sains dan Kesehatan Senior di Newsweek. Pandora memegang gelar Ilmu Biologi dari Universitas Oxford, di mana ia mengkhususkan diri dalam biokimia dan biologi molekuler.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper