Bisnis.com, JAKARTA — Hadirnya satelit orbit rendah Amazon Kuiper diharapkan dapat menjadi pelengkap Satelit Satria-1 di daerah terdepan, tertinggal dan terluar (3T) hingga membuka lapangan pekerjaan baru. Saat ini proses penjajakan masih berlangsung.
Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) Wayan Toni Supriyanto mengatakan jika kerja sama tersebut terealisasi, akan membuat banyak pilihan bagi penyelenggara dalam memenuhi permintaan konektivitas satelit di 3T.
Wayan menyebut, pihaknya mengharapkan pemain LEO seperti Kuiper dapat memberikan nilai tambah dan manfaat lebih kepada penyelenggara lokal, serta membuka lapangan kerja baru.
“Dengan memberikan kesempatan kepada penyelenggara lokal untuk dapat bekerjasama dengan Kuiper dalam bentuk value chain apapun yang memungkinkan dan memberi nilai tambah, memberikan lapangan kerja,” ujar Wayan kepada Bisnis, dikutip Minggu (23/3/2025).
Tidak hanya itu, kehadiran Kuipers nantinya tidak akan mengganti layanan yang sudah dijalankan oleh Satria-1.
Sebab, Satria -1 merupakan program Pemerintah melalui BAKTI untuk memenuhi konektivitas berbasis satelit di sejumlah titik layanan publik misalnya sekolah, pusat layanan kesehatan, kantor pemerintahan, dsb, khususnya di wilayah 3T.
“Diharapkan kedua sistem satelit tersebut akan memberikan optimasi solusi pengentasan masalah blank spot yang lebih efisien dan mengurangi beban anggaran subsidi Pemerintah dalam hal ini Komdigi,“ ucapnya.
Adapun, Komdigi saat ini berencana menggandeng Amazon Kuipers untuk memperluas konektivitas digital di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), sekaligus mendukung transformasi digital nasional.
Teknologi satelit memainkan peran penting dalam mengatasi kesenjangan digital, terutama di daerah terpencil. Kuiper dikabarkan berencana menggelontorkan investasi sebesar Rp328 miliar untuk masuk ke Indonesia. Lebih besar dari komitmen investasi Starlink yang hanya Rp30 miliar.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Komdigi, Ismail mengatakan rencana kerja sama antara Amazon Kuiper tidak akan mengganti satelit Satria-1 yang sudah ada. Kerja sama ini, kata Ismail malah akan menjadi pelangkap layanan Satria-1 yang berada di wilayah 3T.
“Enggak (mengganti Satria-1), kan saling komplemen,” kata Ismail.
Project Kuiper merupakan jaringan satelit broadband orbit rendah (LEO) milik Amazon yang bertujuan menyediakan konektivitas internet cepat dan terjangkau ke seluruh dunia, terutama untuk daerah yang belum terlayani atau kurang terlayani oleh opsi internet.
Amazon berencana mengerahkan 3.236 satelit di orbit rendah untuk menjangkau lokasi terpencil dan pedesaan yang sulit dijangkau infrastruktur internet tradisional.
Project Kuiper diklaim dapat menawarkan akses internet berkecepatan tinggi hingga 1 Gbps, jauh lebih cepat dari yang tersedia di banyak daerah pedesaan dan kurang terlayani.
Adapun, pemerintah saat ini masih mengandalkan Satria I dalam menyalurkan internet di daerah terdepan, tertinggal dan terluar (3T).
Tercatat, pada 8 Agustus 2024, Program Akses Internet Bakti Kominfo disebut telah melayani total 18.712 lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia, termasuk 3T.
Sebanyak 4.078 di antaranya telah dilayani Satria-1 yang memiliki kapasitas 150 gigabyte per second (gbps) untuk konektivitas internet lebih luas dan cepat dan direncanakan akan digenapkan hingga 20.000 lokasi di 2024.