Bisnis.com, JAKARTA — NSO Group, perusahaan asal Israel pembuat perangkat lunak mata-mata Pegasus, diperintahkan untuk membayar lebih dari US$167 juta atau Rp2,7 triliun (kurs Rp16.528) kepada WhatsApp
Melansir dari Techcrunch, Rabu (7/6/2025) NSO harus membayar ke WhatsApp setelah kalah dalam persidangan atas kasus peretasan tahun 2019 yang menargetkan lebih dari 1.400 pengguna platform pesan milik Meta tersebut.
Putusan ini disampaikan oleh juri pengadilan federal AS pada Selasa (6/5/2025), menandai berakhirnya proses hukum yang berlangsung selama lima tahun.
NSO Group diwajibkan membayar ganti rugi punitif sebesar US$167 juta dan ganti rugi kompensasi senilai US$444.719, jumlah yang diklaim WhatsApp sebagai biaya atas waktu dan sumber daya yang digunakan untuk memulihkan, menyelidiki, dan memperbaiki kerentanan yang dieksploitasi.
Ini merupakan kemenangan hukum besar pertama melawan pengembang spyware komersial, dan dinilai sebagai preseden penting dalam upaya perlindungan privasi digital.
“Hari ini, keputusan juri untuk memaksa NSO, pedagang spyware asing yang terkenal, untuk membayar ganti rugi merupakan pencegah penting bagi industri jahat ini terhadap tindakan ilegal mereka yang ditujukan pada perusahaan-perusahaan Amerika dan privasi serta keamanan orang-orang yang kami layani,” kata Zade Alsawah, juru bicara WhatsApp.
WhatsApp, dalam gugatannya, menuduh NSO Group mengakses server mereka secara ilegal dan mengeksploitasi celah pada fitur panggilan suara untuk memasang spyware kepada pengguna, yang di antaranya adalah aktivis hak asasi manusia, jurnalis, dan pembangkang politik.
Putusan ini juga menyusul keputusan Desember lalu, saat Hakim Phyllis Hamilton memutuskan bahwa NSO Group melanggar hukum federal AS, hukum peretasan California, dan ketentuan layanan WhatsApp.
Will Cathcart, Kepala WhatsApp, menyebut hasil ini sebagai kemenangan besar bagi privasi. Dirinya mengingatkan bahwa penyalahgunaan teknologi pengawasan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab adalah ancaman nyata terhadap demokrasi dan kebebasan sipil.
Meskipun demikian, NSO Group belum menyerah. Gil Lainer, juru bicara perusahaan, mengatakan bahwa mereka masih mempertimbangkan langkah hukum selanjutnya.
“Kami akan memeriksa dengan cermat rincian putusan dan mengejar upaya hukum yang tepat, termasuk proses lebih lanjut dan banding," ujar Lainer.
Di sisi lain, John Scott-Railton, seorang peneliti senior di Citizen Lab, tempat dirinya mempelajari industri spyware selama lebih dari satu dekade, merayakan putusan tersebut.
"Ini adalah momen yang luar biasa bagi kami yang telah ada sejak awal penelitian tentang spyware tentara bayaran," kata Scott-Railton