Bisnis.com, JAKARTA — Regulator antimonopoli Uni Eropa, tengah mempertimbangkan Starlink, layanan internet satelit milik Elon Musk di bawah naungan SpaceX, merupakan pesaing yang kredibel bagi perusahaan satelit Eropa SES.
Melansir dari Reuters, Selasa (13/5/2025) pertimbangan ini menjadi bagian dari tinjauan antimonopoli terhadap rencana akuisisi Intelsat oleh SES senilai US$3,1 miliar atau Rp51,2 triliun.
Dalam kuesioner yang dikirimkan ke pihak ketiga dan dilihat oleh Reuters, regulator persaingan Uni Eropa telah mengirimkan kuesioner kepada pelanggan SES dan Intelsat.
Mereka diminta memberikan pendapat apakah penyedia layanan satelit orbit rendah bumi seperti Starlink dan OneWeb (milik Eutelsat) mampu bersaing secara nyata dalam pasar penyediaan kapasitas satelit dua arah.
Seperti layanan komunikasi pemerintah, penyiaran video, dan internet broadband.
Tanggapan atas pertanyaan ini dijadwalkan akan diterima pada hari Senin dan akan menjadi faktor penentu apakah Komisi Eropa akan memberikan persetujuan langsung terhadap akuisisi tersebut, meminta konsesi, atau bahkan membuka penyelidikan lanjutan jika ditemukan kekhawatiran terkait persaingan.
SES sendiri saat ini mengoperasikan sekitar 70 satelit dalam konfigurasi multi-orbit dan menjadi pemain utama dalam industri satelit Eropa.
Sementara itu, Starlink telah berkembang pesat dengan ribuan satelit orbit rendah yang mampu menyediakan internet cepat ke seluruh penjuru dunia, memicu kekhawatiran akan dominasi pemain asal AS.
Dalam konteks ini, Uni Eropa berupaya mendukung konsolidasi dan penguatan perusahaan satelit domestik untuk menjaga daya saing melawan raksasa teknologi global seperti SpaceX dan Amazon (melalui proyek Kuiper-nya).
Amazon baru saja meluncurkan 27 satelit pertama dari konstelasi Proyek Kuiper, sistem internet pita lebar luar angkasa yang akan menyaingi layanan Starlink milik SpaceX.
Peluncuran satelit ini menggunakan roket Atlas V milik United Launch Alliance, perusahaan patungan Boeing dan Lockheed Martin. Misi ini sempat tertunda akibat cuaca buruk pada 9 April lalu.
Langkah ini menjadi awal dari penyebaran 3.236 satelit yang direncanakan oleh Amazon untuk Proyek Kuiper, sebuah inisiatif bernilai US$10 miliar atau Rp167,6 triliun.
Komisi juga bertanya kepada pelanggan apakah mereka memiliki daya tawar yang cukup dalam negosiasi harga dan layanan dengan SES dan Intelsat, serta sejauh mana mereka dapat beralih ke penyedia alternatif seperti Starlink.
Hasil tinjauan awal dijadwalkan akan diumumkan pada 10 Juni mendatang.