Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan Indonesia akan meniru Thailand dan Vietnam dalam mengadopsi teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk mempercepat swasembada pangan.
Menko Zulhas menuturkan untuk mencapai swasembada pangan perlu melibatkan peran generasi muda dengan menggunakan teknologi berbasis AI. Pasalnya, Zulhas mengatakan bahwa teknologi akan sulit diadopsi alias kurang familiar bagi petani senior.
“Oh iya, semua [mengadopsi teknologi AI untuk swasembada pangan]. Karena sekarang sudah eranya teknologi, ya. Tapi itu mesti anak muda. Karena kalau yang senior-senior, petani kita 70 tahun, 60 tahun, ya tidak mudah,” kata Zulhas seusai acara Pelepasan Jelajah Daulat Pangan Bisnis Indonesia di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Selasa (27/5/2025).
Untuk itu, menurut Zulhas, diperlukan peran anak muda untuk mempercepat kemajuan di sektor pertanian, sehingga program swasembada pangan akan lebih cepat tercapai.
Terlebih, sejumlah negara maju seperti Thailand hingga Vietnam mengadopsi teknologi sehingga menghasilkan hasil yang lebih produktif dan efisien.
“Makanya kalau anak muda ikut ke sini, dia punya kemampuan dengan penguasaan teknologi, tentu akan lebih maju lagi. Coba lihat petani Thailand, petani Vietnam, semua pakai teknologi,” ujarnya.
Sayangnya, hasil survei Luminate dan Ipsos menunjukkan tingkat literasi AI warga Indonesia masih rendah seiring dengan ada ketidakmampuan membedakan dengan konten asli.
Praktisi tata kelola data dari Luminate Dinita Putri mengatakan dalam survei ini, sebanyak 75% responden percaya bahwa konten buatan AI bisa mempengaruhi pandangan politik publik. Sebagian besar juga merasa konten tersebut bisa mempengaruhi orang-orang terdekat mereka (72%) dan bahkan diri mereka sendiri (63%).
“Namun menariknya, dari 33% responden yang merasa pandangan politiknya tidak akan terpengaruh, 42% justru mengaku tidak yakin bisa membedakan mana konten asli dan mana yang dibuat AI,” kata Dinita dalam keterangannya, Senin (26/5/2025).
Menurutnya, semakin banyak orang memahami teknologi AI, maka semakin besar pula kemungkinan mereka menyadari risikonya, begitu pula dengan Indonesia.
Survei ini turut menyoroti perbedaan cara pria dan wanita menilai kemampuan mereka sendiri. Meski secara umum keyakinannya hampir sama (70% pria dan 71% wanita mengaku cukup yakin), namun hanya 17% wanita yang merasa sangat yakin bisa mengenali konten AI dibandingkan dengan 30% pria.