Migrasi ke Seller Center, Manajemen Sarankan Penjual ke Tokopedia Care Tower

Rika Anggraeni
Kamis, 12 Juni 2025 | 21:07 WIB
Pengunjung melihat stan saat peluncuran ShopTokopedia Mall di Jakarta, Jumat (19/7/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pengunjung melihat stan saat peluncuran ShopTokopedia Mall di Jakarta, Jumat (19/7/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Manajemen TokopediaTikTok Shop menyarankan agar para penjual (seller) Tokopedia yang berada di Jakarta mengunjungi Tokopedia Care Tower untuk mengintegrasikan toko ke Tokopedia & TikTok Shop Seller Center.

Head of Communication Tokopedia and TikTok E-commerce Aditia Grasio Nelwan mengatakan bahwa pihaknya memberikan berbagai kemudahan kepada para seller dalam proses integrasi ke Seller Center terbaru, termasuk datang langsung ke Tokopedia Care Tower.

“Kami memberikan banyak support sekali, termasuk misalnya seller yang ada di Jakarta itu bisa langsung datang saja ke Tokopedia Care Tower yang di Kembangan, itu langsung bisa dipandu, itu ada yang stand by di sana,” ujar Aditia dalam Media Interview Seller Integration Tokopedia dan TikTok Shop by Tokopedia di Millennium Centennial Center (MCC), Jakarta, Kamis (12/6/2025).

Selain itu, Tokopedia—TikTok Shop juga menyediakan fitur live chat, webinar, hingga roadshow di berbagai kota untuk membantu para seller bermigrasi ke Tokopedia & TikTok Shop Seller Center.

Adapun, Aditia mengeklaim mayoritas penjual sudah mulai bermigrasi ke Seller Center terbaru. Sayangnya, dia enggan memberikan informasi lebih lanjut terkait persentase mitra penjual yang telah berada di platform anyar itu.

“Aku persennya belum bisa share ya, tapi memang sudah hampir mayoritas seller kami sudah pindah ke Seller Center yang baru,” imbuhnya.

Kendati demikian, Tokopedia—TikTok Shop mengakui ada beberapa hambatan bagi seller untuk bisa mengintegrasikan toko, termasuk adanya kesalahpahaman seller terhadap Tokopedia & TikTok Shop Seller Center.

“Karena ada isu-isu yang lumayan yang berkembang di luar jadi orang mungkin ada juga seller yang mungkin percaya sama mitos-mitos, padahal mungkin mereka belum mencoba dan mungkin informasinya belum secara lengkap tersampaikan pada seller-seller ini,” tuturnya.

Aditia menuturkan kesalahpahaman yang bergulir salah satunya adalah wajib memiliki atau berjualan di platform Tokopedia dan TikTok Shop. Padahal, ungkap dia, para penjual bisa bebas memilih ingin berjualan di platform Tokopedia, TikTok Shop, atau keduanya.

“Tergantung objektifnya, apakah mereka ingin menyasar satu market atau berbagai market, atau mereka bisa membuat perbedaan market A dia pakai Tokopedia atau market B dia pakai TikTok Shop. Itu kami serahkan secara penuh pada seller,” jelasnya.

Kedua, beredar isu adanya kewajiban para seller membuat konten video di TikTok. Dia menegaskan pihaknya tidak memaksa alias tidak wajib bagi para seller membuat konten di TikTok.

Ketiga, isu wajib mengaktifkan sistem bayar di tempat alias Cash On Delivery (COD). Dia menegaskan bahwa sistem COD bisa dinonaktifkan kapan saja melalui Seller Central yang baru.

Keempat, terkait produk pre-order berbiaya 3%. Dia menjelaskan bahwa biaya pre-order 3% hanya berlaku di TikTok Shop, sedangkan di Tokopedia akan tetap.

Isu lain yang berkembang adalah pembayaran masuk yang lebih lama pasca migrasi. Aditia menjelaskan Seller Center baru menyediakan tiga opsi pembayaran sesuai syarat dan ketentuan, yakni express, standar, dan extended.

Di sisi lain, Aditia menjelaskan bahwa penggabungan ini dilakukan agar para seller mendapatkan nilai tambah, seperti pengelolaan toko yang lebih terpusat. Dengan begitu, seller bisa lebih mudah untuk mengelola stok, memasarkan, hingga melacak barang.

“Jadi kalau di Seller Center ini akan lebih terpusat, dia langsung tahu across platform di Tokopedia dan TikTok Shop terjualnya berapa,” ungkapnya.

Di samping itu, Tokopedia—TikTok Shop juga ingin agar seller bisa menjangkau pasar yang lebih luas dan beragam, sehingga memberikan peluang tambahan dengan menyasar market dan konsumen.

Kemudian, sambung dia, peningkatan visibilitas produk melalui afiliator sebagai marketing tambahan untuk seller. “Jadinya exposure produk-produk seller akan lebih luas lagi,” lanjutnya.

Selain itu, dia mengungkap integrasi ini juga memberikan efisiensi waktu dan sumber daya, serta mencatatkan pertumbuhan yang lebih fleksibel di multiplatform.

Tokopedia—TikTok Shop mengeklaim bahwa hampir sepertiga penjual yang menggunakan Seller Center baru mengalami peningkatan Gross Merchandise Value (GMV) lebih dari 50% hanya dalam dua pekan pasca integrasi.

“Jadi mungkin bahasanya opportunity loss misalnya seller tidak berintegrasi atau completely tidak mengintegrasi ke Seller Center,” pungkasnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper