Serangan Siber ke Manufaktur Asia Tenggara Meningkat Imbas Kecerdasan Buatan (AI)

Rahmad Fauzan
Senin, 7 Juli 2025 | 13:24 WIB
Ilustarasi aktivitas peretasan atau hacking/dok.Kaspersky
Ilustarasi aktivitas peretasan atau hacking/dok.Kaspersky
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi menghadirkan ancaman siber yang lebih serius bagi industri konstruksi dan manufaktur di Asia Tenggara. 

Data Kaspersky terbaru menunjukkan peningkatan persentase objek berbahaya yang diblokir di komputer ICS pada sektor konstruksi dan manufaktur pada kuartal I/2025 untuk wilayah Asia Tenggara.

Dibandingkan dengan rata-rata global, persentase komputer ICS yang diblokir objek berbahaya pada kawasan Asia Tenggara lebih tinggi. 

Ditemukan persentase di sektor konstruksi 1,5 kali lebih tinggi. Disusul manufaktur 1,3 kali lebih tinggi, dan otomatisasi bangunan, tenaga listrik, serta teknik dan integrator ICS dengan persentase 1,2 kali lebih tinggi.

Keseluruhan, kawasan Asia Tenggara menempati peringkat kedua secara global berdasarkan persentase komputer ICS yang diblokir objek berbahayanya, yaitu sebesar 29,1%.

Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky Adrian Hia mengatakan seiring dengan perusahaan konstruksi merangkul teknologi digital, ada keseimbangan antara risiko dan peluang.

“Bisnis harus memitigasi ancaman secara komprehensif melalui peluang baru untuk memperkuat lapisan perlindungan dan ketahanan mereka,” kata Hia dalam keterangan resmi yang dikutip Bisnis, Senin (7/7/2025).

Dia menambahkan, ke depan perangkat industri digital dapat menjadi target serangan siber karena langkah-langkah keamanan yang sudah ketinggalan zaman. Fasilitas jarak jauh yang mengandalkan peralatan jaringan yang murah sangat rentan terhadap eksploitasi.

Untuk itu, merevisi langkah-langkah keamanan siber dari teknologi lama dan yang telah teruji waktu menjadi lebih penting dari sebelumnya.

“Penting untuk melihat keamanan siber bukan sebagai biaya, tetapi sebagai investasi dalam kelangsungan bisnis, yang tidak hanya melindungi aset dan data, tetapi juga menjaga kepercayaan yang telah dibangun dengan kerja keras dengan para pelanggan dan mitra,” jelasnya.

Lebih jauh, ahli Kaspersky merekomendasikan perusahaan melakukan beberapa langkah. Pertama, penilaian keamanan sistem OT secara berkala untuk mengidentifikasi dan menghilangkan kemungkinan masalah keamanan siber.

Kedua, menetapkan penilaian dan penyortiran kerentanan berkelanjutan sebagai landasan bagi proses manajemen kerentanan yang efektif.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper