Persoalan Kapasitas Jadi Masalah Utama Layanan Internet Satelit Starlink

Pernita Hestin Untari
Sabtu, 19 Juli 2025 | 19:34 WIB
Antena penangkap sinyal internet Starlink terbaru/ dok. X. com Oleg Kutkov
Antena penangkap sinyal internet Starlink terbaru/ dok. X. com Oleg Kutkov
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat telekomunikasi dan Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, mengungkapkan dua persoalan utama yang masih membayangi layanan internet satelit, yakni keterbatasan kapasitas dan tingginya latensi.

Heru menjelaskan meskipun latensi menjadi salah satu persoalan dalam layanan internet satelit, khususnya LEO, tingkat latensinya masih bisa ditoleransi karena lebih rendah dibandingkan dengan satelit Geostationary (GEO). Sementara itu, pada satelit Low Earth Orbit (LEO) seperti Starlink, persoalan kapasitas menjadi kendala besar yang bahkan sudah menjadi isu global. 

“Untuk satelit Leo, persoalan kapasitas itu memang tidak mudah diatasi sebenernya secara internasional juga kapasitasnya sudah menjadi problem karena kan juga jumlah peminatnya lebih besar dibandingkan kapasitasnya,”kata Heru saat dihubungi Bisnis pada Sabtu (19/7/2025). 

Heru menyebut satu-satunya cara untuk meningkatkan kapasitas layanan satelit LEO seperti Starlink adalah dengan menambah jumlah satelit yang diluncurkan.

Di tengah kondisi tersebut, Heru menekankan pentingnya kepatuhan dalam praktik penjualan kembali layanan Starlink. Dia mengungkapkan praktik penjualan kembali layanan Starlink memang dimungkinkan, asalkan dilakukan oleh pihak yang telah mendapatkan komitmen resmi dari Starlink untuk menjadi penyalur atau reseller layanan tersebut.

“Jadi memang dalam aturan boleh dijual kembali, tapi kan memang harus memiliki izin atau memang menjadi reseller lah atas nama Starlink, kalau tidak seperti itu enggak boleh alias ilegal,” katanya.

Lebih lanjut Heru menilai keterbatasan kapasitas ini justru bisa menjadi peluang bagi penyedia layanan lokal untuk mengambil ceruk pasar yang belum mampu dijangkau Starlink. Menurutnya, layanan tersebut bisa diberikan melalui teknologi berbeda maupun perusahaan lain seperti operator seluler, maupun ISP berbasis serat optik.

“Mereka bisa memanfaatkan kondisi ini, karena kita enggak tau juga untuk meningkatkan kapasitas itu tidak mudah kalau satelitnya itu leo,” tuturnya.

Diberitakan sebelumnya, Starlink tidak menerima pelanggan baru di Indonesia lantaran kehabisan kapasitas.  

Perusahaan menyebut aktivasi perangkat baru juga dihentikan sementara bagi pelanggan yang membeli melalui toko ritel atau penjual pihak ketiga.  

“Layanan Starlink saat ini tidak tersedia untuk pelanggan baru di wilayah Anda karena kapasitasnya telah habis terjual di seluruh Indonesia," demikian tulis Starlink di laman resminya pada Minggu, 13 Juli 2025. 

Sebagai informasi, Starlink merupakan layanan internet berbasis satelit orbit rendah (LEO) milik SpaceX yang mengorbit pada ketinggian di atas 500 kilometer. 

Satelit-satelit ini berukuran kecil dan memiliki kapasitas terbatas. Di Indonesia, Starlink digunakan untuk melayani pelanggan ritel, korporasi, serta sebagai jaringan backhaul atau penghubung jaringan utama. 

Untuk pelanggan ritel, kecepatan internet bisa menurun seiring bertambahnya jumlah pengguna.  Sementara itu, untuk pelanggan korporasi dan backhaul, kapasitas layanan harus diamankan lebih dulu oleh para mitra seperti Telkomsat, Datalake Indonesia, dan Primacom, sebelum pelanggan masuk.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami