CBNCloud akan menyediakan komputasi awan terbuka berbasis Openstack akhir tahun 2013.
Pelaku bisnis harus mulai mempertimbangkan komputasi awan untuk efisiensi anggaran teknologi informasi dan fokus pada bisnis utama. Adopsi teknologi ini pun dapat ditekan dengan menyerahkan pengelolaannya kepada pihak ketiga yang dapat dipercaya.
CBNCloud yang ditawarkan oleh PT Cyberindo Mega Persada dapat menjadi salah satu solusi bagi pelaku bisnis. Instalasi yang dapat dilakukan hanya dalam hitungan menit, penambahan kapasitas yang dapat dilakukan kapan saja, dan berbagai pilihan konfigurasi template seperti server dan firewall menjadi nilai tambah dalam menggunakan teknologi komputasi awan.
CBNCloud menjamin keamanan data dalam komputasi awannya dengan jaringan zero trust, artinya komunikasi yang dilakukan antar perangkat virtual hanya dapat dilakukan dengan penghubung yang benar dan legal. Di bangun di atas Data Center dengan skala Tier III internasional, data yang dimiliki oleh pengguna CBNCloud dijamin dengan keamanan berlapis yang dimiliki oleh Data Center tersebut.
Selain itu CBNCloud dilengkapi juga dengan firewall supaya akses internet protocol (IP) ilegal dapat dicegah. Sistem autentikasi juga ditambahkan guna menjamin validitas pengguna yang mengakses layanan dengan access key bit strength 2048 bit.
Tiga model awan publik
CBN Cloud menawarkan tiga model komputasi awan publik yaitu Infrastructure as a Service (IaaS), Platform as a Service (PaaS), dan Software as a Service (SaaS). Berbeda dengan kebanyakan pemain lain yang hanya menyediakan IaaS.
“Di Indonesia adopsi masyarakat terhadap komputasi awan masih dalam model Infrastructure as a Service, kita belum terlalu menyentuh Software as a Service (seperti) di Amerika (Serikat) dan Eropa Software as a Service sudah mulai masuk ke mainstream”, papar Budhi Wibawa, Chief Executive Officer (CEO) PT Cyberindo Mega Persada (CBN Cloud).
CBNCloud memberikan layanan komputasi awan publik secara IaaS berupa Virtual Dedicated Server (VDS) dan Virtual Private Data Center
(VPDC). Ini dipasangkan sistem operasi CentOS, Ubuntu dan Windows Server 2008. VDS merupakan virtual server dengan sumber daya komputasi ditempatkan secara khusus, sehingga ini tidak berbagi satu sama lain. Layanan ini disematkan sistem operasi Linux dan Windows.
Pengelolaan pusat data sesuai kebutuhan dan keinginan sendiri bisa terwujud dengan penggunaan VPDC. Ini bisa dilakukan dengan click and drop setelah mengakses dashboard panel yang dilengkapi virtual appliance.
Komputasi awan publik secara PaaS yang disodorkan oleh CBN Cloud adalah pengembangan dari IaaS yakni Cluster Server yang sebelumnya bagian dari IaaS. Ini merupakan VDS dalam bentuk stack seperti Linux Apache MySQL PHP (LAMP).
Layanan Cluster Server membagi layanan ke beberapa server sesuai kebutuhan. Perangkat ini menghimpun virtual server dengan fungsi masing-masing seperti Web Service, database, load balancer, dan firewall. Semuanya digabungkan menjadi suatu template layanan.
“Mereka (pengguna) bukannya beli license software (lisensi piranti lunak) untuk di pakai, tapi mereka membeli servis aplikasi yang akan digunakan”, ujarnya.
Selain layanan tersebut di atas, CBNCloud juga menyediakan layanan Hosted Call Center yang memberikan layanan help desk, telesales, tele collection, faksimili dan juga cloud PABX. Berbagai lisensi piranti lunak bisa diperoleh pengguna dengan memakai CBNCloud 365 yang terdiri dari Microsoft Exchange, Share Point, Office, Lync dan online backup.
Persiapkan Openstack
CBNCloud juga telah menyiapkan layanan yang berbasis teknologi terbuka menyikapi tren teknologi terbuka yang sedang melanda dunia. Layanan ini diperkirakan akan dapat dinikmati penggunanya pada akhir tahun ini.
“Sebagian besar dirancang dengan in house tim CBNCloud sendiri. Kita (juga) memanfaatkan bantuan dari forum-forum di luar negeri yang sudah memanfaatkan open source cloud ini berdasarkan pengalaman mereka”, ucap Budhi.
Kelebihan penggunaan komputasi awan terbuka dibanding dengan komputasi awan tertutup berupa piranti lunak yang di pakai pada awan terbuka bisa diintegrasikan dengan piranti lunak lain. Piranti lunak terbuka memiliki sumber kode yang bisa di lihat siapapun. “Keuntungan dari open source cloud itu memungkinkan beberapa cloud saling bicara”, tuturnya.
Biaya komputasi awan yang dikeluarkan juga lebih rendah ketimbang komputasi awan tertutup, sehingga teknologi ini cocok sekali untuk menjawab keterbatasan anggaran TI yang dimiliki oleh pengusaha kecil dan menengah (UKM). (Adv)