Bisnis.com, JAKARTA--Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Suparni yang baru saja ditunjuk oleh pemegang saham, memiliki mimpi untuk tetap menjadi jawara di pasar domestik, tetapi juga terus merangsek kuasai pasar regional.
Pejabat karir di emiten berkode saham SMGR ini menargetkan penjualan semen perseroan dapat tumbuh 6%-7% pada tahun ini di atas rerata industri sebesar 5%-7%. Dia juga bermimpi untuk ekspansi ke pasar-pasar baru di luar negeri seperti kawasan Asean di Vietnam, Myanmar, Laos dan Kamboja serta kawasan Asia Selatan di Bangladesh.
Pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas memutuskan untuk mengangkat Suparni sebagai bos baru SMGR periode 2015-2017 menggantikan Dwi Soetjipto yang ditunjuk sebagai direktur utama PT Pertamina (Persero). Pengangkatan Suparni dilakukan dala rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) di Balai Kartini Jakarta, Jumat (23/1/2015).
Mayoritas direksi baru SMGR berasal dari pejabat-pejabat periode sebelumnya yakni Ahyanizzaman, Amat Pria Darma, Suharto, Gatot Kustyadji, dan Johan Samudra. Hanya satu direksi yang berasal dari eksternal yakni Rizkan Chandra yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Network & Solution PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
Berikut petikan wawancara Bisnis.com bersama sejumlah media dengan Direktur Utama SMGR Suparni:
Apa yang akan dilakukan setelah menjabat sebagai direktur utama Semen Indonesia?
Kami akan menjalankan program. Kami memiliki rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) tahun ini yang tantangannya cukup berat untuk kami capai.
Kami juga punya belanja modal sebagai bentuk pengembangan ekspansi strategis.
Kami punya dua pabrik yang sekarang sedang dibangun. Kami juga punya rencana ekspansi regional.
Dengan ekspansi itu diharapkan kebutuhan semen yang semakin meningkat dapat segera kami penuhi dengan akuisisi pabrik. Itu yang menjadi prioritas dan perhatian kami untuk segera kami lakukan. Ekspansi ini sifatnya terus menerus sehingga pekerjaannya menjadi perhatian kami sehingga perlu disukseskan.
Rencananya, pada tahun ini SMGR berekspansi ke wilayah mana?
Kalau ekspansi domestik sedang berjalan dengan pembangunan dua pabrik itu. Dua pabrik itu nilainya hampir sekitar total Rp9 triliun. Kemudian ekspansi terdekat yang kami targetkan di Vietnam.
Dengan di Vietnam tadi, kami harapkan akan ada dua perusahaan dan dapat disinergikan sehingga operasional di Vietnam sendiri bisa bagus, bisa juga disinergikan dengan operasional domestik.
Penurunan harga semen Rp3.000 per sak diperkirakan dapat menggerus laba perseroan, apa strategi yang akan diterapkan?
Penurunan harga semen kemarin itu juga ada pertimbangan penurunan-penurunan harga bahan baku. Kalau kami lihat, bahan bakar itu penurunan mulai dari 20%-15%,
kemudian ada penurunan listrik 15%, kemudian penurunan LPG, kemudian harapannya ada penurunan harga batu bara. Jadi tidak sepenuhnya bahwa penurunan harga semen akan menggerus laba.
Kami sendiri akan melakukan efisiensi di operasional dan efisiensi yang sangat diutamakan itu pada distribusi. Biaya distribusi ini porsinya dalam struktur biaya cukup besar sekitar 17%. Kalau bisa mengefisienkan di sana, dan harga bahan bakar minyak (BBM) akan turun, rasanya itu akan baik penurunan kita tahun ini.
Seberapa besar penurunan harga semen yang kemarin dilakukan?
Kemarin harga semen yang turun hanya yang sak saja, kalau di kami porsinya ditargetkan antara 70%. Tapi, untuk yang curah atau bulk itu tidak turun. Sehingga, itu akan tetap baik bagi kita. Kalau dilihat dari prosentase penurunan Rp3.000 itu sekitar 4%-5%.
Target dalam 5 tahun, ekspansi ke luar negeri mana lagi yang akan disasar?
Kami dalam waktu dekat ini di Asean dan Asia Selatan. Tapi tidak menutup kemungkinan ke depan, di mana di regional yang di situ bisnis semen tumbuh dengan baik, sumber daya dan iklim lingkungan bisnis baik, saya kira itu juga merupakan kesempatan yang baik bagi pemain semen untuk berinvestasi di sana.
Sekarang peluang terbesar masih di Asean seperti Vietnam, Myanmar, Laos, Kamboja, Bangladesh, itu menjadi daerah-daerah yang kami fokuskan untuk ekspansi.
Target Produksi SMGR tahun ini sendiri bagaimana?
Utama kami adalah belanja modal yang besar itu efektif untuk ekspansi strategis. Kami tahu bahwa pertumbuhan semen nasional antara 5%-7%. Kami mustinya ekspansi kapasitas harus di atas itu.
Sehingga, pada saat kami membangun pabrik semen itu kapasitas kami sudah mampu memenuhi kebutuhan di tahun yang akan datang. Jadi, strategi kami ekspansi di atas kebutuhan demand di dalam negeri.
Kami tidak menargetkan ekspor, tapi kalau sinergi misalnya pabrik di Indonesia dan penggilingan di Bangladesh itu menjadi sinergi. Sehingga di dalam konsolidasi akan memberikan performa yang baik bagi perseroan.
Penjualan semen tahun ini ditargetkan tumbuh seberapa besar?
Penjualan tahun ini kami berharap dapat tumbuh antara 6%-7%, kami siapkan lebih progresif. Diharapkan infrastruktur sudah mulai jalan sehingga kami menyambut. Laba bersih kami harapkan tumbuh positif. Kami juga akan mempertahankan market share 43%-44% dari total industri semen di Indonesia.