Bisnis Big Data Kian Meningkat, Pada 2020 Mencapai 2,8 Triliun GB

Samdysara Saragih
Sabtu, 1 Agustus 2015 | 17:55 WIB
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Analisa Big Data diprediksi akan semakin menentukan tingkat kompetisi bisnis dalam beberapa tahun mendatang.

Kepala Operasi Mark Plus Insight Levina Yulianti mengatakan analisa Big Data masih barang baru di Indonesia sehingga belum banyak organisasi yang mengadopsi teknologi tersebut.

“Kami percaya penerapan strategi analisa Big Data akan memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan bisnis,” katanya dalam pernyataan resmi, Sabtu (1/8/2015).

Big Data adalah kumpulan volume data dengan jumlah besar—baik terstruktur maupun acak—sehingga pemrosesan data tradisional belum mampu mengolahnya. Analisa Big Data akan menghasilkan wawasan (insight) buat pengambilan keputusan bisnis.

Direktur Penjualan SAS Indonesia Peter Sugiapranata mengungkapkan informasi dan wawasan yang didapat dari analisa Big Data akan menjadi faktor penentu dalam kompetisi yang semakin ketat.

“Big Data bukanlah sebuah istilah teknologi, namun sebuah istilah bisnis. Dengan memanfaatkan tools analytics perfoma tinggi, Big Data telah mentransformasi bisnis para pelanggan kami,” tambahnya.

Jumlah informasi atau data yang tersimpan di seluruh dunia pada 2020 diperkirakan meningkat 50 kali lipat dibandingan pada 2012 dengan jumlah data melampaui 2,8 ZettaByte (2,8 triliun GigaByte).

International Data Corporation (IDC) memprediksikan belanja Big Data di Asia Pasifik pada tahun 2015 akan mencapai US$1,61 miliar, meningkat 355% dibandingkan tahun lalu.

Di Indonesia dilaporkan bahwa 70% perusahaan mulai menunjukkan ketertarikan untuk meningkatkan belanja sektor teknologi informasinya dan 60% responden berencana menganggarkan dana buat adopsi Big Data.

Berdasarkan studi terbaru Accenture dan General Electric didapati bahwa 87% perusahaan yang disurvei percaya bahwa analisa Big Data akan mendefinisikan ulang kompetisi dalam tiga tahun ke depan.

Sementara itu, 89% responden percaya bahwa perusahaan yang tidak mengadopsi analisa Big Data dalam setahun ke depan akan berisiko kehilangan pangsa pasar dan momentum bisnis.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper