CEO BulletinBoard Norman Ganto: Pemakaian Aplikasi Itu Yang Terpenting

Sholahuddin Al Ayyubi
Jumat, 11 Desember 2015 | 05:00 WIB
CEO BulletinBoard, Norman Ganto
CEO BulletinBoard, Norman Ganto
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA—Pertumbuhan pesat pangsa pasar aplikasi di beberapa negara berkembang seperti Indonesia saat ini sudah tidak bisa diragukan lagi. Sejalan dengan pertumbuhan internet dan smartphone di Indonesia, pertumbuhan pasar aplikasi kini juga ikut tumbuh dengan pesat.

Indonesia juga diyakini menjadi salah satu negara yang turut serta memegang peranan kunci dalam mempengaruhi pertumbuhan pasar aplikasi mobile secara global. Meskipun menurut index download Indonesia masih belum terlalu tinggi, akselerasi pertumbuhan pasar aplikasi di Indonesia meningkat 1,7 kali lebih besar dibandingkan pada 2013.

Lalu bagaimana pandangan CEO BulletinBoard, Norman Ganto terkait pasar aplikasi di Indonesia, berikut petikan wawancara Bisnis Indonesia:

BulletinBoard ini aplikasi apa dan menyasar segmen apa?

BulletinBoard ini adalah aplikasi yang fokus untuk guru sekolah dan orang tua, kita kan kali ini baru fokus pada sekolah TK dan SD ya. Jadi biasanya kan sekolah TK dan SD itu menggunakan buku untuk menghubungkan antara guru di sekolah dengan orang tua di rumah melalui buku komunikasi atau buku agenda yang mengawasi berbagai kegiatan anak kita di sekolah.

Selain itu, aplikasi ini juga dapat menjadi reminder bagi orang tua untuk mengingatkan misalnya minggu depan anaknya akan menghadapi ujian atau ada PR atau bayaran sekolah yang biasanya di tulis di sebuah buku, terus nanti anaknya pulang dan di cek orang tua. Nah itu kan tidak efisien‎ misalnya ada 30-40 anak murid dan gurunya harus menulis setiap hari Senin-Jumat dan setiap hari itu pasti ada yang selalu dilaporkan guru, misalnya itu PR atau apapun itu dan mereka guru-guru itu selalu harus menyediakan waktu dua jam per hari untuk mencatat semua kegiatan anak muridnya, setelah saya melakukan survei ke dua sekolah di Jakarta.

Saya mulai masuk ke sini, karena saya sebagai orang tua juga, saya kerja dan saya juga tidak tahu ada kejadian apa saja dengan anak saya di sekolah sampai saya pulang dari kantor. Apalagi misalnya harus lembur di tempat kerja kan, sudah terlalu malam untuk ngajarin anak-anak, akhirnya pemantauan kepada anak-anak menjadi berkurang. Dengan BulletinBoard ini, para guru jadi lebih menghemat waktu, tidak perlu dua jam untuk menyediakan tulisan tentang muridnya, cukup beberapa menit saja untuk mengirim ke semua orang tua dan orang tua pun, dimanapun mereka berada akan langsung mendapatkan laporan, sehingga malamnya orang tua sudah tahu harus membimbing anak-anaknya pada mata pelajaran apa.

Kalau memang saya tidak bisa pulang cepet, setidaknya saya sudah aware dan bisa memberitahukan kepada orang di rumah untuk tolong dibimbing anaknya dan saya tinggal tes saja, jadi kita main efisien saja langsung dari smartphone guru ke smartphone orang tua dan dari sekolah mereka juga hemat banyak kertas.

Pola bisnisnya seperti apa nanti? Berapa sekolah targetnya nanti?

Kalau kami sih ingin aplikasi BulletinBoard ini digunakan sebanyak-banyaknya, karena sekarang kan pengguna smartphone juga sudah banyak ya. Kita sudah launching aplikasi ini pada awal bulan Agustus kemarin. Pengguna aplikasi kita ini sampai sekarang sudah ada 62 kelas atau guru yang sudah pakai aplikasi ini sekitar 470an penggunanya guru dan orang tua, selama tiga setengah bulan ini.

Strategi ke depan untuk menyasar para guru ini seperti apa?

Kalau strategi ke guru-guru masih seperti ini saja, kita mau yang simple saja dulu. Karena kalau kita masuk ke kurikulum kan, itu artinya kita sudah melibatkan pemerintahan. Saya ingin ini langsung ke konsumennya dulu, makanya saya gratisin agar guru sekarang itu tidak takut untuk menggunakan teknologi. Kasihan kan kalau guru di Indonesia nanti gak bisa menggunakan teknologi, apalagi sebentar lagi kan mau ada MEA dan para guru juga harus siap berkompetisi dengan guru asing yang bisa berbahasa asing dan paham dengan teknologi. Ini di luar sosial media dan games ya, sebenarnya saya ingin ke depan guru-guru di Indonesia ini dapat berkompetisi paling tidak mereka sudah tahu teknologi itu tidak jelek dan dapat membantu kerja mereka di sekolah.

Sampai kapan aplikasi ini digratiskan ke konsumen?

Aplikasi ini untuk modul komunikasinya akan saya kasih gratis terus. Tapi saya nanti mau membuat modul yang berbayar, tetapi ini sifatnya tidak fundamental.‎ Kalau yang bukan fundamental itu absensi dan bayaran sekolah juga itu mau kita fundamental. Itu gunanya nanti mereka dapat lebih efisien, sekarang kan yang kita tahu absensi para guru itu ada di satu map sendiri, nilai di map sendiri. Saya sih pengennya para guru itu tinggal konsolidasi saja dan orang tua bisa akses online jadi sekolah bisa hemat kertas.

Sosialisasinya ke guru ini seperti apa biasanya?

Biasanya sosialisasi dari mulut ke mulut sampai saat ini kita masih belum mengeluarkan biaya apapun untuk promosi aplikasi ini. Paling kalau ada yang minta untuk di training ya saya bakalan dateng untuk melakukan training.‎ Kalau untuk penetrasi, kita masih ke swasta ya. Belum ke sekolah-sekolah negeri.‎ Saya selalu bilang, untuk berubah itu harus dimulai dari diri sendiri. Intinya mau atau tidak. Kenapa saya baru melakukan penetrasi ke sekolah swasta terlebih dulu, karena tidak mudah masuk ke sekolah-sekolah negeri.

Apakah ke depan ada niat untuk menggandeng perusahaan operator atau vendor smartphone tertentu?

Tidak menutup kemungkinan sih, cuma kita bicarakan marketing strategi ya, sudah free install itu ‎belum tentu dipakai. Misalnya saya tidak pakai semua app saya, untuk saat ini kita masih akan bergerilya dulu‎. Kembali lagi kami ingin melakukan advokasi untuk memberdayakan para guru dan sekolah.

Bagaimana tanggapannya terkait regulasi TKDN yang dikeluarkan pemerintah saat ini? Vendor kan sedang berlomba-lomba untuk menggaet aplikasi lokal untuk memenuhi TKDN?

Kami belum kepikiran untuk itu. Karena selama yang saya pelajari di dunia software itu, number of install itu bukan indikasi yang bagus. Tapi indikasi yang bagus itu, berapa lama user pakai, setiap hari atau tidak. Saya melihatnya dari pada yang install berjibun-jibun cuma digunakan sedikit. Saya lebih memilih yang menginstall hanya beberapa tetapi digunakan terus-menerus. Itu lebih nyata bahwa aplikasinya berguna. Banyak sih sekolah-sekolah yang swasta yang sudah pakai, kalau itu saya akan kasih perhatian khusus dan pengembangannya akan saya sesuaikan dengan yang mereke butuh.

Bagaimana dengan bisnisnya nanti?

Guide line bisnis aplikasi itu adalah aplikasinya digunakan setiap hari, bukan banyak yang installnya. Bisa saja yang mendownload aplikasinya 100 ribu, tetapi tidak ada yang menggunakan itu. Kalau kita ngomongin bisnis itu namanya tidak schenable. Jadi yang penting itu adalah pemakaian.

Tantangan bisnis software ke depan bagaimana dan apa yang menjadi pembeda BulletinBoard ini dengan aplikasi yang lain?

Lebih kepada trik kali ya, bagaimana trik masing-masing pembuat aplikasi agar konsumen tetap pakai aplikasi yang dibuatnya. Kalau kami biasanya harus ngomong terus kepada konsumen tentang aplikasi kita. Apapun ‎masukan dan keluhannya harus kita terima dan tanggapin, itu yang jadi pembeda kami. Karena kan sekarang banyak aplikasi software yang sudah launcing dan tidak berkembang, walaupun banyak konsumen yang memberikan masukan. Kita tidak boleh cepat puas juga dan harus mengikuti konsumen maunya seperti apa.

Apa yang dibutuhkan untuk mengembangkan ekosistem aplikasi, apakah membutuhkan regulasi khusus dari pemerintah?

Regulasi sih harus ya, beberapa hari terakhir ini saya senang pemerintah sudah mulai paham dan mengerti serta mensupport aplikasi lokal dan kalau kompetisi kan memvalidasi bahwa barangnya itu berguna. Kalau soal pembatasan asing, menurut saya dibebaskan saja. Kita kan sebagai startup pasti mendengar idenya dari luar. Semakin banyak dari luar yang kesini berarti kan market di Indonesia itu bagus banget dan kalau kita berkompetisi dengan asing itu kan sama saja bikin kita lebih kompeten. Memang harus begitu, kita tidak bisa berkompetisi dengan dalam negeri saja, tetapi juga harus dari luar negeri.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper