Perusahaan Dialis Ginjal AS Davita Terkena Ransomware, 2,7 Juta Orang Terdampak

Pernita Hestin Untari
Jumat, 22 Agustus 2025 | 15:56 WIB
virus ransomware/Freepik
virus ransomware/Freepik
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA— Departemen Kesehatan Amerika Serikat mencatat serangan ransomware yang mengenkripsi sejumlah sistem milik perusahaan layanan dialisis DaVita Inc. berdampak pada sekitar 2,7 juta orang. 

DaVita Inc. adalah penyedia layanan dialisis ginjal terbesar di Amerika Serikat dan salah satu yang terbesar di dunia, yang mengoperasikan jaringan klinik untuk merawat pasien penyakit ginjal kronis dan gagal ginjal.

Perusahaan ini berfokus pada perawatan pasien melalui model bisnis penyediaan layanan dialisis berkualitas tinggi dan hemat biaya, mendapatkan pendapatan dari pembayaran pemerintah dan asuransi swasta.  

Melansir laman Reuters pada Jumat (22/8/2025), DaVita sebelumnya telah mengungkapkan pada April lalu mereka menjadi target serangan siber. 

Saat itu, perusahaan menyatakan tetap memberikan layanan pasien sambil berupaya memulihkan fungsi sistem tertentu, meskipun belum dapat memperkirakan durasi maupun tingkat gangguan yang terjadi.

Melalui jaringannya yang terdiri dari hampir 3.000 klinik rawat jalan dan layanan dialisis di rumah, DaVita menyediakan perawatan bagi pasien dengan gagal ginjal, di mana darah mereka harus dibersihkan secara mekanis.

Dalam pernyataan terbaru, DaVita mengonfirmasi pihak yang tidak berwenang berhasil mengakses basis data laboratorium perusahaan yang berisi sejumlah informasi pribadi sensitif milik pasien.

“Kami tengah memberitahukan pasien saat ini maupun mantan pasien, serta menyediakan berbagai sumber daya, termasuk layanan pemantauan kredit gratis, untuk membantu melindungi data mereka,” kata perusahaan. 

Kendati serangan ini sempat menyebabkan gangguan sementara pada operasi, DaVita menegaskan timnya tetap mampu memberikan layanan kesehatan penting tanpa henti.

Perusahaan mencatat, pada kuartal II/2025, serangan siber tersebut menimbulkan biaya sekitar US$13,5 juta atau setara Rp220,7 miliar. 

Dari jumlah itu, sekitar US$1 juta (Rp16,3 miliar) dialokasikan untuk peningkatan biaya perawatan pasien, sedangkan US$12,5 juta (Rp204,3 miliar) tercatat sebagai kenaikan beban umum dan administrasi untuk pemulihan sistem dengan bantuan pihak ketiga profesional.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami