Bisnis.com, JAKARTA – PT Telekomunikasi Selular melihat pendapata dari layanan data belum dapat diandalkan sepenuhnya untuk menopang pendapatan di industri telekomunikasi.
Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah berpendapat industri telekomunukasi masih membutuhkan pendapatan dari bisnis legacy yaitu layanan percakapan dan SMS.
Dia menilai meski sejumlah operator seluler di luar Telkomsel telah fokus dalam mengeruk pendapatan dari layanan data, namun sejauh ini belum ada yang benar-benar bertumpu sepenuhnya pada pendapatan dari layanan internet tersebut.
“Kalau menggantikan legacy mungkin digital masih membutuhkan waktu,” kata Ririek di Jakarta, Senin, (20/5/2019).
Berdasarkan info memo PT Telkom Indonesia Tbk, yang merupakan induk Telkomsel, disebutkan bahwa Telkomsel membukukan pendapatan senilai Rp22,18 triliun pada tiga bulan pertama 2019. Adapun layanan data berkontribusi hingga Rp13,6 triliun atau 61,31 persen.
Ririek juga menambahkan seharusnya persaingan layanan data lebih rasional. Dia memiliki tiga masukan yang membuat persaingan di layanan data lebih sehat. Pertama, harga layanan data harus terjangkau, murah namun tetap rasional.
Kedua, layanan harus terus berlanjut atau sustainable. Dia mengatakan harga yang terlalu murah tidak baik untuk jangka panjang karena akan membuat operator merugi. Terakhir, tersedia di semua titik mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar.
“Masyarakat ada di mana-mana mereka butuh hak yang sama. Jadi butuh investasi untuk menjangkau mereka, investasi butuh dana yang dapat dipenuhi dari harga layanan data yang rasional,” kata Ririek.
Ririek menambahkan dibandingkan dengan neagara lain, layanan data di Indonesia salah satu yang termurah.
Berdasarkan data Deutsche Bank Research disebutkan keuntungan dari layanan data yang diperoleh operator terus mengalami penurunan. Pada Q4/2015 keuntungan dari layanan data Telkomsel masih Rp44/ Megabit, angka tersebut menurun menjadi Rp9,7 / Mb pada Q1/2019.