Bisnis.com, DENPASAR— Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan kritik kepada universitas dan perguruan tinggi karena selama ini hanya mampu menampilkan kemajuan teknologi yang sudah lampau.
Kritik tersebut disampaikan JK dalam penutupan hari teknologi nasional (Hakteknas) yang dihadiri oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir, Gubernur Bali Wayan Koster serta ratusan undangan di Denpasar, Bali Rabu, (28/8/2019).
Jusuf Kalla mengatakan, sebagai negara yang memiliki 4.500 universitas dan lembaga tinggi pendidikan semestinya negara ini banyak menghasilkan inovasi teknologi disegala bidang. Namun realitasnya negara ini hanya mampu berada di posisi 85 dari total 120 negara di dunia berdasarkan lembaga Indeks Innovation Global.
"Sementara kita tertinggal jauh dari negara-negara tetangga, seperti Singapura yang menempati posisi kelima, Malaysia 30. Kita hanya mampu mengalahkan negara Kamboja yang merupakan negara kecil dan tergolong baru ingin maju," ujar JK saat memberikan sambutan di hadapan 600 orang undangan.
Semestinya kata JK, negara ini meniru China dan Jepang. Kedua negara tersebut mengalami kemajuan teknologi yang sangat cepat, karena mereka melakukan langkah jitu yaitu meniru, meningkatkan, dan melakukan inovasi.
Pada hakikatnya, setiap kemajuan akan mengacu kepada ilmu pengetahuan dan teknologi. Artinya semuanya harus berbicara IT. "Tapi setiap inovasi yang dapat bernilai tambah. Setiap usaha dan ilmu pengetahuan yang dapat memberikan nilai, efisiensi, biaya dan waktu serta yang lebih besar produktivitasnya. Itulah yang namanya Inovasi," ujar JK.
Semua kemajuan itu, ujar Wapres, harus mempunyai dasar yang baik dan nilai tambah. Sementara nilai tambah dasarnya adalah teknologi dan semua teknologi berasal dari pendidikan.
Menurut JK, memang tidak ada negara di dunia ini yang langsung maju karena teknologinya sendiri, karena teknologi merupakan sesuatu yang berkembang, tidak bisa berangkat dari nol karena terlalu lama. Oleh sebab itu JK meminta pendidikan kita lebih baik dari tahun ke tahun.
Dalam beberapa kesempatan, JK mengakui sering diundang dan menghadiri pameran-pameran teknologi. Akan tetapi, yang dia lihat dalam pameran teknologi tersebut adalah penemuan-penemuan yang sudah dua tiga tahun dan tidak ada yang terbaru.
Parahnya lagi, hal tersebut dipamerkan oleh perguruan tinggi yang merupakan pusat teknologi, yang dipamerkan sudah penemuan yang sudah lama. Padahal teknologi itu sangat cepat perkembangannya.
"Saya akan memberikan perhatian kepada Menristek, yang harus dipamerkan adalah hasil temuan minimal satu tahun terakhir, tidak boleh lagi penemuan lima tahun terakhir," tutur Wapres.
Jika dilihat dari jumlah universitas dan perguruan tinggi, Indonesia memiliki 4.500 universitas. Angka itujauh dari jumlah yang dimiliki China yang hanya memiliki 2.500 universitas dan perguruan tinggi. Akan tetapi, dari produktivitas riset teknologi, Indonesia jauh dari Negeri Tirai Bambu tersebut.
Artinya, ujar JK, jumlah universitas tidak relevan dengan hasilnya. "Yang penting adalah hasil riset, yang memiliki fokus serta intensitasnya."
Itu artinya, kata JK, pekerjaan negara ini masih besar dan banyak. "Karena negara ini tidak bisa maju dengan hanya bangga dengan kegiatan seremonial atau upacara seperti ini." sindir JK.
Bahkan JK menyebutkan jika ada peraturan yang membuat sebuah negara maju karena peraturan maka dengan keppres upacara maka Indonesia adalah negara termaju di dunia ini.
"Kadangkala kita sudah puas karena bisa hadir di upacara seperti ini. Sementara kita lupa untuk datang ke laboratorium-laboratorium penelitian," sindir JK.
Karenanya, lanjut JK, hal utama yang harus dilakukan saat ini adalah mengubah mindset serta budaya kita yang cenderung lebih suka kegiatan seremonial. Ke depan, JK meminta kepada Menristekdikti untuk membuat sebuah neraca tentang apa yang sudah dibuat di negara ini dari tahun ke tahun.
"Jika kita mencontoh kepada perusahaan, maka mereka akan melakukan sebuah neraca, untung rugi, efisiensi serta produk apa yang akan diciptakan agar mampu bersaing dengan perusahaan lain," imbuh JK.