Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan keamanan siber, Kaspersky mencatatkan pada kuartal I/2020 sebanyak 25,7 persen pengguna komputer di Indonesia hampir terpengaruh oleh ancaman berbasis web.
Territory Channel Manager untuk Indonesia di Kaspersky Dony Koesmandarin menjelaskan bahwa ancaman penjelajah web adalah metode utama untuk menyebarkan program berbahaya, seperti mengeksploitasi kerentanan di peramban dan plugin mereka (unduhan drive-by) dan rekayasa sosial.
“Statistik ini sebenarnya mengungkapkan perubahan lebih baik dalam lanskap ancaman Indonesia dibandingkan periode yang sama tahun lalu di mana jumlah ancaman web berjumlah 30,1 persen. Statistik tersebut sekaligus menempatkan Indonesia di peringkat ke-46 di dunia dalam hal bahaya yang terkait dengan berselancar di web,” tuturnya lewat rilis resminya, Sabtu, (23/5/2020).
Namun, dia mengatakan bahwa perubahan positif ini seharusnya tidak menjadi alasan orang-orang untuk melonggarkan kewaspadaan mereka karena sedikit kelalaian akan menjadi celah yang sangat berharga bagi para pelaku kejahatan siber, terutama selama momentum besar seperti Idulfitri.
“Selain ancaman web, hal lain yang perlu dipertimbangkan terutama saat memutuskan untuk berbelanja daring adalah keamanan sistem pembayaran Anda miliki. Pada 2019 saja, kami menemukan spesimen pertama malware keuangan seluler (Trojan-Banker.AndroidOS.Gustuff.a), yang menunjukkan peningkatan otonomi,” tutur Dony.
Menurutnya, dua metode telah digunakan untuk mencuri uang dari rekening bank, pertama, melalui SMS banking di pihak korban. Ini merupakan teknik pencurian otonom yang hanya memerlukan informasi tentang penerima transfer.
Baca Juga Waspada! UKM Jadi Target Serangan Siber |
---|
Kedua, dengan mencuri kredensial perbankan daring, para pelaku kejahatan siber akan menampilkan jendela phishing pada perangkat korban yang meniru halaman login bank dan memutar kredensial korban. Metode kedua telah menjadi cara yang paling banyak digunakan dalam beberapa tahun terakhir.
Terlepas dari apa pun metodenya, pada dasarnya, para pelaku kejahatan siber memiliki peluang besar untuk membuat kelas malware ponsel paling berbahaya mulai dari spyware, trojan perbankan, dan Trojan ransomware.
Pada 2019, Kaspersky juga menemukan 106 paket instalasi untuk Trojan mobile banking di Indonesia pada 9 bulan pertama tahun tersebut. Masih pada tahun yang sama, Indonesia berada di peringkat 10 besar negara dengan pangsa pengguna yang terkena ancaman malware mobile.
“Saya tidak bosannya mengimbau agar masyarakat Indonesia selalu menjaga kewaspadaan, melindungi privasi online dengan baik dan jangan pernah terburu-buru dalam membuat sebuah keputusan, serta menjaga kesehatan digital sebagaimana menjaga kesehatan fisik,” kata Dony.