Tanpa Dua Hal Ini, Utilisasi Palapa Ring Tak Akan Tercapai

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 1 Februari 2021 | 16:20 WIB
Peta sistem komunikasi kabel laut Palapa Ring paket barat./Kementerian Komunikasi dan Informatika
Peta sistem komunikasi kabel laut Palapa Ring paket barat./Kementerian Komunikasi dan Informatika
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Masyarakat Telematika Indonesia menilai utilisasi sistem komunikasi kabel laut Palapa Ring bergantung pada ketersediaan jaringan pengalur (backhaul) dan jaringan akses.

Pemerintah disarankan agar fokus membangun jaringan pengalur, bukan mendorong peningkatan pemanfaatan Palapa Ring. 

Ketua Bidang Infrastruktur Broadband Nasional Mastel Nonot Harsono mengaku khawatir dengan target utilisasi yang diterapkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam Rancangan Rencana Strategis 2020—2024.

Dia mengatakan bahwa Palapa Ring hakikatnya hanyalah kabel jaringan tulang punggung yang melewati sekitar 90 Kota di wilayah yang mendapat layanan universal telekomunikasi (universal service obligation/USO).

Infrastruktur telekomunikasi tersebut dibangun karena tidak ada operator yang berminat hadir akibat daerah-daerah tersebut dinilai kurang menguntungkan secara perhitungan bisnis.

Nonot berpendapat bahwa sistem komunikasi kabel laut (SKKL) Palapa Ring baru akan digunakan seandainya jaringan pengalur telah hadir di daerah tersebut.

“Kabel backbone [tulang punggung] akan digunakan jika di semua kabupaten dan 90 kota itu telah dibangun jaringan pengalur dan jaringan akses [ke masyarakat]. Bagaimana mungkin ada lalu lintas di backbone Palapa Ring jika jaringan ke masyarakat pengguna belum ada,” kata Nonot kepada Bisnis, Senin (1/2/2021). 

Dia pun mengusulkan agar rencana strategis nasional Kemenkominfo diubah, dengan mengalihkan fokus dari utilisasi Palapa Ring menjadi target pembangunan jaringan pengalur dan jaringan akses di 90 kota dan 57 kabupaten.

Pasalnya, jika target yang dipakai adalah jumlah persen utilisasi jaringan tulang punggung, target tersebut bisa menjadi tidak akurat. Masyarakat belum tentu merasakan manfaat dengan persentase penggunaan Palapa Ring.

Jaringan pengalur adalah jaringan yang menghubungkan antarjaringan tulang punggung dengan jaringan akses yang memberi layanan ke masyarakat.

“Bisa saja baru komitmen kontrak dari rekanan—misalnya baru nota kesepahaman akan memakai 30 persen kapasitas—lalu dilaporkan sebagai utilisasi. Ini bisa konyol!” kata Nonot. 

Dia menegaskan bahwa utilisasi Palapa Ring adalah hasil dari membangun jaringan pengalur dan akses di desa dan kecamatan sehingga membantu masyarakat  memanfaatkan internet.

Pemanfaatan kapasitas Palapa Ring pun bergantung pada pola konsumsi lebar pita dari masyarakat pengguna.

“Tidak bisa ujug-ujug menyebut [utilisasi] 40 persen, 50 persen, 60 persen, dan seterusnya. Memangnya sudah dihitung jika semua penduduk nonton YouTube, akan setara dengan kapasitas Palapa Ring,” kata Nonot.

Nonot menambahkan bahwa seandainya pemerintah membangun jaringan pengalur dan jaringan akses, tugas pemerintah belum selesai. Pemerintah tetap harus memastikan bahwa masyarakat aktif mengakses internet atau pemerintah menjalankan program pemberdayaan di area USO ini.

“Misalnya, Kemenkominfo bersama Kemendikbud membuat program percepatan pembelajaran daring yang intensif, pelatihan guru atau Menkominfo bekerja sama dengan Kemenperin,” kaa Nonot.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Zufrizal
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper