Bisnis.com, JAKARTA – Vendor ponsel dinilai perlu melakukan strategi tertentu untuk mengatasi kelangkaan defisit cip global (chipmageddon) yang terus meluas.
Ketua Asosiasi Industri Perangkat Telematika Indonesia (AIPTI) Ali Soebroto mengatakan melejitnya harga ponsel menjadi hasil yang sulit untuk dihindari lantaran kekurangan cip semikonduktor dapat menjadi tantangan bagi pembuat perangkat canggih.
“Bahkan, posisi pasokan chipset masih ketat waktu tunggunya saja bisa mencapai 6 bulan, jadinya terjadi kenaikan harga chipset dan selaras bisa naik harga ponsel pintar,” ujarnya, Kamis (5/8/2021).
Lebih lanjut, dia mengatakan pada umumnya setiap vendor dapat melakukan mitigasi dengan beberapa langkah taktis, seperti memindahkan pasokan ke chipset yang lebih murah dari China menuju cip Unisoc dari Qualcomm atau Mediatek.
Tidak hanya itu, setiap pemain dapat mengeliminasi fitur yang tidak diperlukan agar dapat mengefisiensi pengeluaran dari produk yang akan dirilis di pasar.
“Dengan langkah tersebut, ditambah penurunan profit margin, maka harga ponsel di pasar Indonesia bisa ditahan sehingga tidak mengalami kenaikan, kalaupun ada beberapa yang mengalami kenaikan juga tidak signifikan,” katanya.
Sementara itu, dia melanjutkan kelangkaan material cip di tingkat global diyakini tidak akan mengganggu penetrasi hadirnya ponsel pintar dengan fitur internet 5G di Indonesia.
“Sementara untuk ponsel 5G kelangkaan [cip] tidak akan membebani, karena jumlah produksi atau kebutuhan ponsel 5G masih relatif kecil baik di tingkat global dan Indonesia, terkait dengan jaringan 5G yang juga terbatas di sini masih bisa dipenuhi oleh vendor.
Berdasarkan laporan dari firma riset International Data Corporation (IDC), China akan memimpin pasar ponsel pintar 5G dengan hampir 50 persen pangsa pasar pada 2021. Kemudian, Amerika Serikat (AS) akan menyusul dengan pangsa pasar 16 persen.