Pengembang Diminta Makin Rajin Produksi Game Baru, Pengguna Mudah Jenuh

Crysania Suhartanto
Rabu, 30 Agustus 2023 | 17:19 WIB
Peserta bermain game online PUBG pada acara Spirit of Millennials Games Day 2018 di JI Expo Kemayoran, Jakarta, Kamis (13/12/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Peserta bermain game online PUBG pada acara Spirit of Millennials Games Day 2018 di JI Expo Kemayoran, Jakarta, Kamis (13/12/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Industri gim dinilai masih potensial pada tahun ini kendati beberapa raksasa gim mengalami penurunan. Kreativitas pengembang gim dibutuhkan untuk menghadirkan permainan baru, mengingat pemain gim jenuh dengan cepat.  

Presiden Asosiasi Game Indonesia (AGI) Cipto Adiguno mengatakan industri gim masih menjadi industri yang menjanjikan secara umum. 

Adapun jika terjadi penurunan kinerja sebuah perusahaan gim, menurutnya, disebabkan pemain yang sudah jenuh untuk memainkan gim dari pengembang tersebut.

“Ada kemungkinan pemain mulai jenuh dan mencari gim baru,” ujar Cipto kepada Bisnis, Rabu (30/8/2023).

Cipto menyarankan perusahaan yang bergerak di industri gim untuk rajin membuat gim yang sukses ataupun memperbaharui gim-gim lama. Hal ini diharapkan dapat tetap menjaga loyalitas pengguna.

Lebih lanjut, Cipto mengatakan tren gim pada saat ini masih cenderung sama dengan tahun lalu, yakni gratis, mudah diakses, dan dapat dimainkan bersama-sama.

Hal ini tercermin dari gim-gim yang kerap dimainkan belakangan ini, seperti Mobile Legends, Valorant, Genshin Impact, hingga PUBG. 

“Gratis dimainkan dan tersedia di smartphone yang relatif murah dibanding pc atau console yang relatif mahal, serta bisa dimainkan bersama teman-teman atau bisa membangun perasaan berkomunitas,” ujar Cipto.

Kemudian, Cipto juga mengungkapkan kecerdasan buatan (AI) sudah mulai masuk ke dalam industri gim. Alhasil, menurut Cipto, dalam waktu dekat akan hadir gim-gim baru yang berbasis teknologi baru ini.

Sementara untuk virtual reality (VR) dan augmented reality (AR), Cipto memandang hal tersebut masih jauh untuk masuk ke industri gim dari segi kesiapan. 

Cipto beranggapan walaupun kedua teknologi tersebut digandrungi sebagai masa depan dari industri gim, peralatan untuk bermainnya masih dinilai sangat mahal. 

Sebagai informasi, pendapatan raksasa gim milik induk Shopee, Garena tercatat menurun 41,2 persen ke angka Rp8 triliun.

Dikutip dari Game World Observer, perusahaan yang ramai dengan gim Free Fire ini juga mengalami penurunan operasional sekitar 35 persen secara tahunan ke angka US$296,4 juta atau hanya Rp4,5 triliun.

Sebaliknya, raksasa gaming Tencent justru membukukan laba positif yang bertumbuh hingga 41 persen pada kuartal II/2023.

Dikutip dari Games World Observer, laba Tencent mencapai 26,2 miliar yuan atau sekitar Rp54,9 triliun dan pendapatannya mencapai 149,2 miliar yuan atau sekitar Rp313,1 triliun.

Kemudian, untuk di Indonesia sendiri, menurut laporan Digital 2023: Indonesia, ada sekitar 90 persen pengguna internet di Indonesia yang memainkan gim di gawai mereka masing-masing. 

Alhasil, dikutip dari Statista, total penghasilan pasar gim di Indonesia sudah mencapai US$759,50 juta pada 2022 dan diprediksi akan tumbuh 7,66 persen di 2023.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper