Lubang Ozon Membesar hingga Lebih 13x Lipat Wilayah Indonesia, Ini Penyebabnya

Crysania Suhartanto
Minggu, 8 Oktober 2023 | 18:42 WIB
Penampakan Lubang Ozon dari pantauan Satelit Copernicus Sentinel-5P milik Badan Antariksa Eropa (ESA)/dok. tangkapan layar YouTube
Penampakan Lubang Ozon dari pantauan Satelit Copernicus Sentinel-5P milik Badan Antariksa Eropa (ESA)/dok. tangkapan layar YouTube
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Lubang ozon di Kutub Selatan terus membesar dengan luas hingga 13 kali lipat wilayah Indonesia, yang menandakan krisis iklim makin nyata. Peneliti mencari tahu penyebab tersebut. 

Satelit Copernicus Sentinel-5P milik Badan Antariksa Eropa (ESA) menemukan luas lubang ozon di Kutub Selatan mencapai 26 juta kilometer persegi per September 2023. Luas lubang ozon tersebut jadi lebih besar 13 kali lipat dari Indonesia.

“Layanan pemantauan dan prakiraan ozon operasional kami menunjukkan bahwa lubang ozon pada 2023 dimulai lebih awal dan telah berkembang pesat sejak pertengahan Agustus,” ujar ilmuwan senior Layanan Pemantauan Atmosfer Copernicus, Antje Inness, dikutip dari Space, Minggu (8/10/2023).

Adapun lubang ozon yang terbesar sepanjang sejarah adalah pada 2000 saat luas lubang hampir mencapai 28,4 juta kilometer persegi. 

Diketahui, keberagaman ukuran lubang ozon sangat ditentukan oleh kekuatan angin yang berhembus di sekitar wilayah Antartika. Adapun angin ini juga dipengaruhi dari rotasi bumi dan perbedaan suhu yang kuat antara garis lintang kutub dengan garis lintang sedang.

Namun, kekuatan angin tersebut dinilai tidak cukup untuk membuat lubang ozon yang sebesar ini. Oleh karena itu, masih banyak konspirasi dari antara ilmuwan terkait penyebab dari lubang ozon yang sebesar 13x lipat dari Indonesia tersebut. 

Adapun salah satu konspirasi penyebabnya adalah letusan gunung berapi Hunga Tonga pada Januari 2022 yang mengeluarkan uap air dalam jumlah besar ke udara. 

Menurut ilmuwan Antjie, uap air dapat menyebabkan peningkatan pembentukan awan stratosfer kutub, tempat klorofluorokarbon (CFC) dapat bereaksi dan mempercepat penipisan ozon.

“Kehadiran uap air juga dapat berkontribusi pada pendinginan stratosfer Antartika, yang selanjutnya meningkatkan pembentukan awan stratosfer kutub dan menghasilkan pusaran kutub yang lebih kuat,” ujar Antjie.

Namun, di sisi lain perlu diketahui pula penggunaan klorofluorokarbon yang ada di lemari es dan kaleng aerosol juga berpengaruh pada rusaknya ozon di atmosfer. 

Oleh karena itu, sebenarnya pemerintah beberapa negara sempat membuat Protokol Montreal pada 1987 untuk menghentikan produksi dan konsumsi zat-zat berbahaya ini secara bertahap agar lapisan ozon dapat pulih.

“Berdasarkan Protokol Montreal dan penurunan zat perusak ozon antropogenik, para ilmuwan saat ini memperkirakan bahwa lapisan ozon global akan kembali normal pada sekitar tahun 2050,” ujar Manajer misi ESA untuk Copernicus Sentinel-5P, Claus Zehner.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper