Bisnis.com, SLEMAN - Akademisi berharap kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dapat membawa perubahan positif bagi Indonesia, terlebih dengan hadirnya Surat Edaran Menteri Komunikasi dan Informatika No.9/2023 tentang Etika Kecerdasan Artifisial
Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Ova Emilia megatakan disrupsi yang dipengaruhi perkembangan AI seharusnya membawa perubahan ke arah yang lebih baik, terlebih Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) telah mengeluarkan surat edaran tentang Etika AI.
"Kalau kita lihat bahwa sudah ada Surat Edaran dari Menkominfo maka syukur alhamdulillah bahwa ini merupakan titik awal yang sangat strategis untuk kita semua," jelas Ova dalam Diskusi "ArtificiaI Intelligence Public Discussion: Moving Ethical AI from Voluntary Commitments to Binding Regulations" yang digelar di Balai Senat UGM, Bulaksumur, Kabupaten Sleman pada Jumat (8/3/2024).
Sebagai informasi, Surat Edaran Menteri Komunikasi dan Informatika tentang Etika Kecerdasan Buatan dikeluarkan pada 22 Desember 2023 lalu. Soft Regulation tersebut mendapat respons positif oleh beberapa perusahaan.
Microsoft, misalnya, memberikan komitmen dan dukungan sukarela atas SE tersebut.
Ova menyebut, diskusi yang diikuti dengan peresmian Center of AI Ethics itu merupakan momentum yang baik untuk meningkatkan peran perguruan tinggi dalam pengajian dan perumusan regulasi pengembangan AI di Tanah Air.
Pusat studi yang dikelola oleh Fakultas Filsafat UGM tersebut diharapkan dapat menjadi inisiator terdepan dalam mendukung visi tersebut.
"Adanya AI yang sangat dinamis dan cepat ini tidak mengabaikan nilai kemanusiaan yang memang seharusnya menjadi sesuatu yang bermanfaat buat kita semua. Semoga kita akan mendapatkan hasil yang bernas untuk pengembangan regulasi tata kelola kecerdasan artifisial," jelas Ova.
Sementara itu, Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria, mengatakan ada dua pendekatan untuk memahami AI. Pertama, pendekatan horizontal yang bersifat lintas sektor dan mampu mengadopsi nilai-nilai lokal.
Kedua, pendekatan vertikal yang spesifik dan menyentuh sektor-sektor seperti pendidikan, kesehatan, dan transportasi.
"Dengan kompleksitas lanskap AI itu, saya kira kolaborasi menjadi kata kunci yang penting, sangat penting. Tanpa kolaborasi antar stakeholder, kita akan bergerak sendiri-sendiri," ucap Nezar.
Senada, Director of Government Affairs Microsoft Indonesia & Brunei Darussalam, Ajar Edi, menyebut bahwa kolaborasi antar stakeholder diperlukan untuk memastikan pemanfaatan AI secara bertanggungjawab.
"Dari sisi industri, saya melihat generative AI memberikan banyak opportunity. Sepanjang kita memegang ruh sebagai orang yang punya akuntabilitas dan bertanggung jawab atas teknologi itu. Baik untuk penciptaannya, pemanfaatannya, dan kolaborasi yang harus dilakukan," jelasnya.