BGTC 2024: Microsoft Sebut AI Hanya Alat, Tak Sepenuhnya Gantikan Manusia

M Faisal Nur Ikhsan
Jumat, 7 Juni 2024 | 16:15 WIB
Director of Government Affairs Microsoft Indonesia & Brunei Darussalam, Ajar Edi, memberikan paparan terkait teknologi kecerdasan buatan dalam acara Bisnis Indonesia Goes To Campus 2024 yang dilaksanakan di FEB UGM pada Kamis (6/6/2024)-Bisnis/Muhammad Faisal Nur Ikhsan.
Director of Government Affairs Microsoft Indonesia & Brunei Darussalam, Ajar Edi, memberikan paparan terkait teknologi kecerdasan buatan dalam acara Bisnis Indonesia Goes To Campus 2024 yang dilaksanakan di FEB UGM pada Kamis (6/6/2024)-Bisnis/Muhammad Faisal Nur Ikhsan.
Bagikan

Bisnis.com, SEMARANG - Hadirnya kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dikhawatirkan bakal menggantikan peran manusia, baik di lapangan kerja maupun di ruang kreatif.

Anggapan itu muncul seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan yang tak hanya mampu merangkai kaliimat, tapi juga dapat berkomunikasi secara alami dengan manusia, hingga mampu memproduksi gambar maupun video sesuai perintah atau prompt yang diberikan.

Terkait hal tersebut, Director of Government Affairs Microsoft Indonesia & Brunei Darussalam Ajar Edi menilai anggapan tersebut cenderung keliru. Pasalnya, meskipun memiliki risiko dan tantangannya sendiri, namun kehadiran teknologi kecerdasan buatan juga membawa peluang baru yang justru menguntungkan.

"AI bagi Microsoft adalah tools yang membuat kita makin produktif dan membantu kita mencari discovery baru, jadi sekali lagi itu hanya tools," kata Ajar dalam acara Bisnis Indonesia Goes To Campus 2024 yang digelar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada pada Kamis (6/6/2024) lalu.

Ajar menyebut, produk Co-Pilot milik Microsoft sebagai implementasi teknologi kecerdasan buatan telah memberikan nilai lebih bagi penggunanya. Selain meningkatkan efisiensi, Co-Pilot juga ikut mendorong inovasi baru sehingga pengguna dapat memiliki waktu lebih untuk memikirkan hal-hal yang lebih strategis.

Teknologi kecerdasan buatan juga tak melulu dimanfaatkan oleh pekerja di bidang teknologi informasi. Ajar menyebut bahwa pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan juga telah menyentuh banyak bidang lain, mulai pemasaran, pendidikan, hingga pertanian.

Hal tersebut juga menjawab kekeliruan masyarakat yang menilai kecerdasan buatan sebagai satu teknologi yang kaku. Padahal, Ajar menjelaskan bahwa teknologi tersebut adalah kumpulan dari beragam aplikasi yang bisa diterapkan dalam banyak keperluan.

Lebih lanjut, Ajar juga menyampaikan bahwa pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan sebagai salah satu isu strategis yang perlu ditanggapi dengan lebih terbuka.

Dari sisi ekonomi, pemanfaatan AI dapat meningkatkan Gross Domestic Production (GDP) sebuah negara hingga 20 kali lipat.

"Negara yang bisa memanfaatkan AI saat ini, dia bisa menjadi salah satu negara yang terkuat secara ekonomi di masa yang akan datang," jelasnya.

Ajar juga mengutip hasil riset yang mengatakan bahwa pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan memiliki perputaran ekonomi hingga US$330 juta pada 2030 kelak.

"Ada juga riset yang mengatakan [pemanfaatan teknologi AI] ada opportunity mengangkat US$243 juta production capacity di Indonesia," pungkasnya.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper