Pemanfaatan Internet untuk Pendidikan di Desa Tertinggal Belum Optimal, Kenapa?

Rahmad Fauzan
Jumat, 20 September 2024 | 21:28 WIB
Siswa SMP Negeri Metamauk menunjukan uji kecepatan internet di kelasnya di dekat Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motamasin, Malaka Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (28/11/2023)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Siswa SMP Negeri Metamauk menunjukan uji kecepatan internet di kelasnya di dekat Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motamasin, Malaka Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (28/11/2023)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pemanfaatan internet untuk sektor pendidikan di desa tertinggal belum optimal. Terkedala oleh beberapa hal. 

Riset teranyar Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan jumlah surveyor berstatus siswa yang sudah mengakses sumber belajar tambahan seperti video pembelajaran, ebook, dan materi pembelajaran interaktif melalui internet baru 31%.

Sementara 22% lainnya disebutkan hanya menggunakan internet untuk mencari informasi dan melakukan riset untuk proyek atau tugas mereka. Jumlah tersebut berpeluang untuk ditingkatkan.

Penelitian berjudul Survey Penetrasi Pengguna Internet di Daerah Tertinggal Tahun 2024 itu juga menyebut sebanyak 18,5% tenaga didik di desa yang mengikuti pelatihan dan pengembangan profesional secara online.

Kemudian, 16% siswa dan pendidik dapat mengeksplorasi dan menggunakan berbagai alat dan teknologi digital; serta, 12,5% siswa dan tenaga pendidik di desa belum memanfaatkan akses internet untuk kebutuhan pendidikan/pembelajaran.

Dari sisi guru, sebanyak 48,4% yang di survey mengatakan lebih mudah mengakses informasi dan sumber belajar; 25,3% merasa terbantu, tetapi masih ada kendala teknis; 19,2% menjadi lebih inovatif dalam pengajaran.

Kendati demikian, masih terdapat 6% di antaranya yang belum memanfaatkan internet secara optimal, serta 1% mengalami kesulitan dalam menggunakan teknologi.

Pemanfaatan akses internet Bakti dilakukan dengan berbagai cara. Di antaranya, kelas virtual melalui aplikasi video conference (misalnya, Zoom, Google Meet) serta mengakses dan menggunakan materi pembelajaran digital (misalnya, video pembelajaran) sebanyak 33,3%.

Terkait dengan perkembangan tersebut, penilaian perangkat desa terhadap kontribusi akses internet BAKTI dalam meningkatkan kualitas pendidikan di desa cukup objektif.

Yakni, sebanyak 39,2% mengatakan kontribusinya sudah terlihat, meskipun masih ada beberapa area yang perlu diperbaiki.

Lalu, 22,5% menyebut hanya terlihat sedikit peningkatan kualitas pendidikan di desa setelah adanya akses internet Bakti. Sebanyak 19,2% mengakui terjadi peningkatan kualitas pendidikan yang signifikan setelah adanya.

Namun, 19,2% lainnya masih melihat tidak ada perubahan yang signifikan dalam kualitas pendidikan meskipun adanya akses internet Bakti.

Beberapa hal pun dinilai menjadi kendala. Paling banyak, surveyor melihat kurangnya infrastruktur yang memadai dan koneksi internet yang tidak stabil sebagai kendala (59,2%). Kemudian, keterbatasan perangkat keras seperti komputer atau tablet di sekolah (12,5%).

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper