Motivasi Belajar AI Rendah, Badan Pengentasan Kemiskinan RI: Bawa Keuntungan?

Lukman Nur Hakim
Jumat, 29 November 2024 | 08:37 WIB
Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan Budiman Sudjatmiko (dari kanan) bersama Deputi Sistem Nasional Dewan Ketahanan Nasional Brigjen Joko Setyo Putro, Kepala Divisi Ultra Mikro BRI Dani Wildan, dan Corporate Secretary PNM Dodot Patria Ary memberikan pemaparan dalam acara Bisnis Indonesia Forum yang bertema Tingkat Kemiskinan Mengancam Indonesia Emas 2045, Bagaimana Solusinya? di Jakarta, Senin (4/11/2024). / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan Budiman Sudjatmiko (dari kanan) bersama Deputi Sistem Nasional Dewan Ketahanan Nasional Brigjen Joko Setyo Putro, Kepala Divisi Ultra Mikro BRI Dani Wildan, dan Corporate Secretary PNM Dodot Patria Ary memberikan pemaparan dalam acara Bisnis Indonesia Forum yang bertema Tingkat Kemiskinan Mengancam Indonesia Emas 2045, Bagaimana Solusinya? di Jakarta, Senin (4/11/2024). / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan Budiman Sudjatmiko mengatakan ketertarikan masyarakat untuk belajar menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sangat bergantung pada nilai keuntungan yang diterima. 

Menurutnya, selama ini masyarakat belum menggunakan AI karena merasa belum mendapat pemasukan tambahan dari teknologi baru tersebut.

Budiman menuturkan bahwa masyarakat Indonesia tidak malas belajar mengerti menggunakan AI untuk memanfaatkannya di kehidupan sehari-hari.

Akan tetapi, masyarakat kata Budi bakal melihat keuntungan yang akan didapatkan dari belajar mengerti AI. Terlebih untuk industri kecil menengah yang melihat keuntungan dari penggunaan AI.

“Kalau kami melihatnya begini, industri kecil itu masalahnya bukan orang yang malas, bukan orang yang tidak mau belajar. Orang mau belajar kalau dia membawa keuntungan kan? Aku mau belajar ini karena kalau aku belajar ini aku dapat keuntungan,” kata Budiman pasca Seminar dan Launching Buku Kagama AI di Jakarta, Kamis (28/11/2024).

Adapun, Pasar kecerdasan buatan (AI) di Tanah Air diperkirakan menembus US$2,4 miliar pada 2024 dan melesat menjadi US$10,8 miliar atau Rp163,83 triliun pada 2030, dengan rerata pertumbuhan per tahun (CAGR) mencapai 24%. 

Maka dari itu, pemerintah kata Budiman bakal memberikan pengetahuan dasar terkait dengan digitalisasi bgi industri kecil menengah.

Pengetahuan ini bertujuan agar para pelaku industri kecil menengah bisa memahami perkembangan digital dan nantinya bisa menerapkan AI.

“Pengetahuan digital. Tidak harus sampai AI yang kita pahami tadi yang canggih. Penggunaan akal, penggunaan digital. Yang pasti lama-lama juga menggunakan AI juga. Bertahap aja,” ucapnya.

Sementara itu dalam riset IBM, para pekerja di sebuah perusahaan yang menggunakan kecerdasan buatan akan mendorong perusahaan tersebut berkembang lebih cepat. 

Dalam sebuah survei Bisnis Value yang diluncurkan oleh IBM, disebutkan bahwa hampir 40% perusahaan di Indonesia dan global sudah memutuskan untuk menggunakan kecerdasan buatan. 

Sektor yang paling berminat menggunakan solusi AI IBM adalah perbankan, asuransi dan layanan finansial lainnya. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Lukman Nur Hakim
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper