MTEL - TOWR Getol Akuisisi Serat Optik Ketimbang Menara, Ini Kata Pengamat

Lukman Nur Hakim
Senin, 30 Desember 2024 | 18:30 WIB
Menara telekomunikasi yang berada di tengah perkotaan dengan trafik tinggi
Menara telekomunikasi yang berada di tengah perkotaan dengan trafik tinggi
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Peralihan aktivitas investasi dari akuisisi menara ke serat optik, yang dilakukan Mitratel, Sarana Menara dan Tower Bersama, dinilai sebagai upaya dalam menyambut teknologi baru 5G dan permintaan layanan data yang terus meningkat. 

Diketahui, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel, PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) membatasi akuisisi menara pada 2024. Mereka lebih fokus menggenjot penggelaran serat optik yang terhubung ke menara atau fiber to the tower (FTTT). 

Melihat hal tersebut, Direktur Eksekutif ICT sekaligus pengamat ekonomi digital Heru Sutadi mengatakan perubahan aktivitas investasi terjadi karena teknologi layanan data berkembang pesat sehingga membutuhkan dukungan kabel serat optik yang lebih banyak, ketimbang kabel tembaga. 

Seperti infrastruktur jalan tol, serat optik memiliki kualitas yang lebih baik sebagai jalan pengalur komunikasi data antar menara telekomunikasi. Peralihan dari 4G ke 5G membuat kehadiran FTTT makin urgen.

“Tetapi memang untuk bisnis menara ini tentu perlu perubahan-perubahan. Terutama bagaimana konektivitasnya antara menara dengan Mobile Switch Center (MSC),” kata Heru kepada Bisnis, Senin (30/12/2024).

Heru menambahkan investasi pemain menara di infrastruktur utama akan tetap terjadi khususnya pada wilayah perkotaan dan pedesaan di Timur Indonesia. 

Beberapa daerah di luar Pulau Jawa belum teraliri internet, yang menjadi alasan pemain menara telekomunikasi untuk membangun tiang-tiang pemancar di wilayah tersebut secara terukur. 

Ilustrasi jaringan 5G
Ilustrasi jaringan 5G

“Daerah luar pulau Jawa biasanya masih membutuhkan investasi baru, selain itu tentunya tadi dialokasikan untuk fiberisasi, fiberisasi jaringan yang tadinya berbasis microwave menjadi jaringan berbasis kabel untuk menghubungkan tower-tower,” ucap Heru.

Di sisi lain, Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Mastel Sigit Puspito Wigati Jarot memperkirakan pada 2025, pemanfaatan aset secara bersama akan menjadi salah satu fokus operator seluler, yang merupakan pelanggan dari pemain menara. 

Hal ini berpeluang menekan pemanfaatan menara, yang awalnya satu operator menempatkan satu perangkat di menara, ke depan satu perangkat dapat dipakai oleh dua operator secara bersamaan. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pemain menara. 

“Tren yang dimungkinkan terjadi dalam 2025 adalah utilisasi aset Bersama (sharing infrastuktur) sebagai bentuk respon pengendalian Opex dan Capex,” tutur Sigit.

Sebelumnya, berdasarkan data yang dihimpun Bisnis Indonesia, Mitratel, Sarana Nusantara, dan Tower Bersama genjar menambah aset serat optik pada 2024 melalui jalur organik dan anorganik. Sementara itu, aktivitas akuisisi menara lebih landai dibandingkan 2023.

Diketahui pada 2023, PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) mengakuisisi 397 aset menara telekomunikasi dari PT Anugerah Communication (PTAC) dengan nilai transaksi Rp1,15 triliun.  

Kemudian, MTEL mengakuisisi 803 menara milik PT Gametraco Tunggal senilai Rp1,75 triliun dan 54 menara milik XL Axiata.

Adapun pada tahun ini, aktivitas akuisisi menara lebih landai. Pemain menara lebih fokus mencaplok aset serat optik. 

Akuisisi Serat Optik

Mitratel menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp5,6 triliun pada 2024, yang digunakan untuk berbagai kebutuhan termasuk FTTT. 

Mitratel menargetkan dapat menambah serat optik baru sepanjang 10.000 kilometer, dan merangkul 4.000 penyewa baru pada 2024.  

Dalam perkembangannya, Mitratel mengakuisisi tambahan jaringan fiber optik sepanjang 8.101 km usai mencaplok cucu perusahaan milik BUMN Karya PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) senilai Rp645,45 miliar. 

Ilustrasi kabel serat optik
Ilustrasi kabel serat optik

Mitratel secara resmi meneken akta jual beli saham atau share purchase agreement (SPA) dengan entitas anak PTPP, yakni PT PP Infrastruktur terkait dengan pelepasan seluruh kepemilikan saham di PT Ultra Mandiri Telekomunikasi. 

Emiten menara Grup Djarum PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) merampungkan akuisisi 90,11% saham emiten grup Sinarmas PT Inti Bangun Sejahtera Tbk. (IBST). Akuisisi tersebut dinilai mampu mendongkrak kinerja bisnis menara TOWR. 

Advisor Group Investor Relation Sarana Menara Nusantara Adam Gifari mengatakan aksi korporasi tersebut mencatatkan transaksi yang cukup besar di industri menara. IBST pun memiliki kontrak jangka panjang yang cukup panjang. 

"Ini [akuisisi IBST] membuat stabilitas cashflow. Akuisisi ini membuat kami nyaman," kata Adam dalam Public Expose TOWR pada Rabu (28/8/2024).

Dengan akuisisi tersebut, TOWR pun akan menambah sekitar 3.300 menara dan sekitar 16.000 km aset fiber optik. TOWR mengejar pertumbuhan pendapatan sebesar 4-6%  secara tahunan (year-on-year) pada 2024.

Penulis : Lukman Nur Hakim
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper