Bisnis.com, JAKARTA – Bisnis startup di China dikhawatirkan dapat meredup usai para pemodal ventura memburu sejumlah pendiri startup yang gagal bersaing di pasar bisnis untuk segera melunasi utang pinjaman modal mereka.
Melansir dari techcrunch.com, aksi penuntutan pada sejumlah pendiri startup gagal di China itu berbanding terbalik dengan sistem modal ventura di AS.
Pasalnya, para pemodal ventura Tiongkok mencoba menarik kembali investasi mereka yang gagal dengan menuntut aset pribadi pendiri startup.
“Karena ekonomi China mandek, modal ventura negara itu memberlakukan klausul penebusan yang tertulis dalam ketentuan pendanaan yang sebelumnya jarang diberlakukan,” demikian laporan Techcrunch.com, dikutip Rabu (8/1/2025).
Laporan Financial Times menyebut pemodal ventura China juga memiliki klausul yang membuat sejumlah pendiri startup dengan portofolio kredit merah tidak dapat memesan hotel bahkan pesawat untuk meninggalkan China.
Lebih lanjut, tren tersebut menimbulkan kekhawatiran tentang ekosistem startup Tiongkok yang akan rusak parah, karena hal ini sangat menghambat para pendiri untuk mengumpulkan modal.
Terlebih, bisnis Startup Tiongkok yang bergejolak di tengah tindakan keras pemerintah terhadap teknologi dan hubungan AS-Tiongkok yang tegang makin membuat pasarnya kian redup.
Sementara itu, Axios melaporkan startup China hanya mengumpulkan US$26 miliar pada 2024, turun 82% dibandingkan dengan puncaknya pada 202 atau melorot 50% per tahun selama 1 dekade terakhir.
Sebelumnya, sejumlah eksekutif mengatakan startup di China gagal memenuhi target exit lewat pencatatan saham di pasar modal. Menurut kebijakan yang berlaku di dunia, jika target IPO tidak tercapai, maka modal ventura dapat meminta kembali dana yang mereka investasikan.
Mitra di Firma Hukum Hylands Huang Jiri mengatakan pasar IPO sedang melesu imbas penurunan sumber modal akibat krisis properti. Kondisi ini memberi efek berganda termasuk kepada para startup.