Bisnis.com, JAKARTA – Bukalapak telah mengambil strategi mengoptimalkan fokus pada layanan digital dan produk virtual yang memiliki potensi pertumbuhan lebih besar.
Potensi bisnis digital di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dan diproyeksikan akan terus meningkat dalam beberapa tahun mendatang. Berdasarkan data Kemenkeu, pada 2022 nilai ekonomi digital Indonesia mencapai US$77 miliar, meningkat dari US$41 miliar pada 2019.
Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai Gross Merchandise Value (GMV) sebesar USD 146 miliar pada tahun 2025. Indonesia juga menguasai 40% pasar ekonomi digital di ASEAN, dengan nilai mencapai US$77 miliar pada 2023, dan diproyeksikan tumbuh hingga US$360 miliar pada 2030.
Selain itu, adopsi teknologi digital di Indonesia mengalami peningkatan signifikan, tercermin dari kenaikan 11 peringkat dalam World Digital Competitiveness Ranking, dari peringkat ke-56 pada 2019 menjadi peringkat ke-45 pada 2023.
Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji, menilai keputusan BUKA untuk fokus pada layanan digital merupakan langkah yang tepat.
“Menutup layanan produk fisik untuk fokus pada marketplace digital adalah strategi yang mendukung pertumbuhan. Apalagi industri marketplace memang telah mengalami tantangan besar, terutama karena daya beli kelas menengah yang tergerus sejak pandemi COVID-19, serta perang harga dan diskon yang mempengaruhi profitabilitas,” jelasnya, dikutip dari siaran pers pada Minggu (12/1/2025).
Nafan menambahkan bahwa langkah Bukalapak ini diharapkan mampu meningkatkan pendapatan perusahaan (top-line growth). Untuk hasil bottom-line, kata Nafan, memang perlu kesabaran. Namun, net loss perusahaan perlahan menurun, dan Bukalapak berada di jalur yang benar.
“Profitabilitas harus terus digenjot, terutama dengan menekan biaya operasional,” ujarnya.
Baca Juga : Yang Hilang dari Bukalapak di Mata Pelapak |
---|
Dengan menutup layanan produk fisik dan fokus ke layanan digital, Bukalapak diharapkan dapat lebih efektif menekan pengeluaran operasional (operating expenses) dan memperkuat kinerja keuangan jangka panjang.
Strategi ini juga diharapkan memberikan dampak positif terhadap kinerja saham dalam jangka panjang, terutama karena efisiensi operasional yang terus diperbaiki.
Rita Efendi, seorang Pakar Investasi Saham yang sebelumnya aktif di sejumlah sekuritas, juga mendukung langkah ini. Menurutnya, kontribusi penjualan produk fisik terhadap pendapatan Bukalapak hanya sekitar 3% dan terus menurun dari waktu ke waktu.
“Penjualan produk fisik semakin membebani biaya operasional, sementara layanan digital seperti Mitra Bukalapak dan gaming memiliki prospek yang jauh lebih cerah,” ungkap Rita.
Langkah besar Bukalapak dalam memperkuat layanan digital juga terlihat dari akuisisi Itemku, platform marketplace barang virtual gaming, pada tahun 2021. Akuisisi ini mempertegas komitmen Bukalapak untuk mendiversifikasi bisnis di sektor digital yang terus berkembang pesat. Selain gaming, layanan investasi yang diluncurkan sejak 2019 juga menjadi prioritas perusahaan.
Beberapa fokus tersebut menunjukkan bahwa Bukalapak telah lama mengimplementasikan diversifikasi bisnis untuk menciptakan ekosistem digital yang lebih kuat di Indonesia.