Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan dinilai perlu meningkatkan kesadaran sumber daya manusia (SDM) terhadap risiko serangan siber seiring dengan euforia penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Country Director Fortinet Indonesia, Edwin Lim mengatakan langkah pertama yang paling penting adalah meningkatkan kesadaran akan ancaman tersebut melalui edukasi dan pendekatan berbasis risiko.
"Keamanan siber bukan lagi sekadar urusan IT. Ini sudah menjadi urusan semua orang—baik korporasi maupun individu," ujar Edwin dalam keterangannya, Kamis (7/8/2025).
Dia menjelaskan bahwa saat ini setiap individu yang menggunakan perangkat digital—baik ponsel, jam tangan pintar, hingga tablet—telah menjadi target potensial serangan siber.
Menurutnya, hal tersebut menempatkan korporasi dalam posisi sulit karena harus memantau dan mengamankan penggunaan perangkat pribadi yang terkoneksi ke sistem internal perusahaan.
Dalam menghadapi serangan yang semakin kompleks dan dipercepat oleh AI, Fortinet menekankan pentingnya pelatihan keamanan siber bagi karyawan agar dapat menggunakan teknologi AI secara aman dan etis.
Fortinet juga menyarankan agar perusahaan tidak hanya berfokus pada pembelian teknologi mahal, tetapi juga membangun proses serta kesiapan sumber daya manusia.
“Kalau punya alat canggih tapi tak ada yang bisa mengoperasikan, percuma,” ujarnya.
Fortinet, lanjutnya, menyediakan layanan assessment risiko siber dan pembuatan blueprint keamanan secara gratis. Fortinet mengintegrasikan AI ke dalam solusi keamanannya, mulai dari deteksi multilayer berbasis AI, pemantauan anomali hingga analisis aktivitas di dark web.
Dia juga menekankan pentingnya membangun budaya keamanan (security culture) sebagai elemen penting di samping people, process, dan technology.