Bisnis.com, JAKARTA — PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dan PT Indosat Tbk. (ISAT) dinilai memiliki kinerja yang cukup optimal di tengah kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mulai merangkak naik setelah turun tajam kemarin, Selasa (18/3/2025).
Adapun hari ini, IHSG mulai rebound dan mencapai level Rp6.314 hingga pukul 14.30 WIB. EXCL naik tipis 0,44% sementara itu ISAT masih terkoreksi.
Research Analyst BRI Danareksa Sekuritas, Niko Margaronis, menilai bahwa koreksi saham ISAT lebih dipengaruhi oleh faktor teknikal jangka pendek. Sebab, dari sisi fundamental, Niko menilai Indosat berada di jalur pertumbuhan yang solid.
"Dengan strategi bisnis yang berfokus pada AI dan digitalisasi, Indosat memiliki daya saing yang semakin kuat di industri telekomunikasi," kata Niko, dikutip (19/3/2025).
Sepanjang 2024, Indosat mencatat peningkatan pendapatan sebesar 9,1% year-on-year (YoY) menjadi Rp55,9 triliun, didorong oleh peningkatan kualitas layanan pelanggan dan kontribusi positif dari semua lini bisnis.
Pendapatan dari layanan seluler tumbuh 7,5% YoY seiring dengan ekspansi jaringan dan peningkatan pengalaman pelanggan, sementara segmen Multimedia, Data Communication, and Internet (MIDI) melonjak 23,4% YoY berkat peningkatan layanan IT.
EBITDA perusahaan meningkat 10,2% YoY menjadi Rp26,4 triliun, dengan margin EBITDA mencapai 47,2%. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk yang dinormalisasi tumbuh 38,1% menjadi Rp4,916 triliun, menunjukkan efisiensi dan profitabilitas.
Niko mengatakan salah satu pilar utama pertumbuhan Indosat adalah akselerasi adopsi kecerdasan buatan (AI). Indosat telah memimpin inisiatif AI di Indonesia dengan mengembangkan Sahabat-AI, sebuah model bahasa besar yang dikembangkan Bersama GoTo dan NVIDIA.
Niko juga mengatakan kondisi geopolitik dan perang dagang juga membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi di sektor teknologi. Dengan meningkatnya perhatian dunia terhadap kemandirian digital dan AI, Indonesia berada pada posisi strategis untuk menjadi pemain utama di kawasan.
XL Axiata
Sementara itu, berdasarkan laporan Keuangan per Desember 2024, emiten berkode saham EXCL ini membukukan pendapatan sebesar Rp34,39 triliun. Top line ini meningkat 6,4% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp32,3 triliun pada 2023.
Pendapatan EXCL sebagian besar dikontribusikan dari data dan layanan digital sebesar Rp31,57 triliun, percakapan dan SMS sebesar Rp898,6 miliar, serta jasa interkoneksi dan jasa telekomunikasi lainnya sebesar Rp1,13 triliun.
Meningkatnya pendapatan perseroan ini juga turut mengerek beban perseroan. Beban EXCL meningkat menjadi Rp28,6 triliun, naik 3,74% dari Rp27,6 triliun secara tahunan. Meski beban naik, laba tahun berjalan EXCL melonjak hingga 45,45% secara tahunan.
Laba tahun berjalan EXCL tercatat sebesar Rp1,84 triliun pada tahun 2024, naik dari Rp1,27 triliun pada tahun 2023. Alhasil, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk atau laba bersih EXCL melesat 44,72% dari Rp1,25 triliun pada tahun 2023, menjadi Rp1,81 triliun pada tahun 2024.
Smarfren
Adapun PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) mencatat pendapatan senilai Rp11,41 triliun atau turun 2,02% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari tahun sebelumnya senilai Rp11,65 triliun pada 2024.
Secara terperinci, pendapatan dari jasa telekomunikasi data berkurang 2,77% yoy menjadi Rp9,90 triliun pada 2024 dari sebelumnya Rp10,18 triliun. Sedangkan pendapatan nondata melesat 47,25% yoy menjadi Rp429,85 miliar dari sebelumnya Rp291,91 miliar.
Namun, pendapatan jasa interkoneksi turun 34,68% yoy menjadi Rp259,80 miliar dari sebelumnya Rp397,78 miliar. Sedangkan pendapatan lain-lain naik tipis 5,94% yoy menjadi Rp825,34 miliar.
Selanjutnya, beban usaha FREN juga meningkat 5,56% yoy menjadi Rp11,72 triliun dari sebelumnya Rp11,11 triliun. Keuntungan dari utang obligasi terpantau turun 84,52% yoy menjadi Rp116,09 miliar dari sebelumnya Rp750,29 milair.