Peta Persaingan Internet Murah, Wifi-Indihome-Linknet-MyRepublic

Thomas Mola,Annisa Kurniasari Saumi
Selasa, 25 Maret 2025 | 07:00 WIB
Teknisi melakukan perbaikan jaringan kabel internet rumah di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (16/7/2024)/JIBI/Bisnis/Paulus Tandi Bone
Teknisi melakukan perbaikan jaringan kabel internet rumah di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (16/7/2024)/JIBI/Bisnis/Paulus Tandi Bone
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Persaingan internet rumah diperkirakan mengarah pada perang harga untuk mendapat pelanggan baru. PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) memulainya dengan menawarkan internet rumah berkecepatan 200 Mbps seharga Rp100.000.

Tarif tersebut cukup menarik karena berada di bawah harga layanan internet rumah untuk kecepatan 100 Mbps pada umumnya, yang harganya di atas Rp300.000.

Persaingan internet rumah saat ini paling terasa pada segmen harga Rp100.000 hingga Rp300.000. Jumlah pelanggan fixed broadband pada rentang harga itu menjadi yang terbesar yakni mencapai 67,40% menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).

Masih dari Survei APJII, kecepatan internet rumah yang paling banyak diminati ialah di atas 10 Mbps dan di bawah 30 Mbps atau sebesar 42,42% dari total responden.

Daniel Widjaja dan Wilbert Arifin, analis Mirae Asset Securities pada risetnya awal Maret 2025 menyatakan inisiatif pemerintah lewat "Internet Murah" semakin menekan pelaku usaha untuk mempertahankan keterjangkauan harga sambil bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar. 

"Dengan makin ketatnya persaingan harga, risiko perang harga muncul, yang berpotensi mengikis profitabilitas dalam lanskap industri yang sudah penuh tantangan," jelasnya. 

Diketahui, WIFI menyatakan menyasar segmen internet rumah (fiber to the home/FTTH) dengan target ambisius. WIFI menargetkan jumlah pelanggan internet rumah sebanyak 5 juta pada 2025, bertambah sebanyak 4,8 juta pelanggan dibandingkan posisi 200.000 pada Maret 2025. 

Direktur Utama WIFI Yune Marketatmo untuk mengejar target tersebut, WIFI akan menyiapkan produk internet dengan kecepatan 200 Mbps dengan harga Rp100.000.

Menurutnya, saat ini dengan pengguna internet sebanyak 220 juta dan penetrasi di industri ini baru 15%, maka masih ada ruang 85% persen yang masih sangat terbuka lebar. 

"Segmen menengah bawah ini terbuka lebar. Jadi engine of growth ini terbuka lebar. Asal kita sebetulnya tajam dan harus fokus ke masyarakat pengguna bawah teknologi. Nah ini yang jadi misinya kami," ujar dalam keterangan resminya, Jumat (21/3/2025).

Di sisi lain, pemain lama seperti IndiHome dari Telkomsel, Grup Telkom (TLKM), MyRepublic Grup Sinar Mas , dan Link Net (LINK) yang telah diakuisisi XL Axiata (EXCL) juga tercatat agresif. 

IndiHome, penguasa pasar fixed broadband Tanah Air, tercatat telah melayani 9,4 juta pelanggan pada kuartal III/2024 atau bertambah 682.000 pelanggan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Dari sisi pendapatan, IndiHome mencatatkan peningkatan hingga 200% year on year (YoY) pada kuartal III/2024 menjadi Rp19,84 triliun. Peningkatan pendapatan tersebut terjadi setelah terjadi integrasi. Rerata pendapatan yang dibukukan Telkomsel dari pelanggan IndiHome mencapai Rp239.200. 

Kemudian, MyRepublic, layanan TV berbayar dan Internet dari PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) melaporkan telah menambah lebih dari 3 juta homepass baru di berbagai wilayah di Indonesia. 

Merujuk pada paparan publik DSSA, MyRepublic telah mencapai 6,41 juta home pass pada akhir 2024, tumbuh 90,9% dibandingkan 3,35 juta pada akhir 2023. 

Pemain internet rumah lainnya, PT Link Net Tbk. (LINK) yang terafiliasi XL Axiata menargetkan penambahan 1 juta hingga 1,5 juta homepass  pada 2025. 

"Dari target tersebut, kami tengah melakukan finalisasi untuk rencana bisnis kami. Kami belum dapat memberikan komentar untuk target kinerja tahun depan untuk saat ini," ucap Direktur Link Net Kanishka Gayan Wickrama dalam paparan publik LINK, Senin (16/12/2024). 

Sementara itu, sampai kuartal III/2024 LINK mencatatkan penambahan jaringan homepass menjadi 4,03 juta. Jaringan homepass ini bertambah sebanyak 482.000 homepass sejak awal tahun. 

Di sisi lain, LINK sampai akhir September 2024 masih mencatatkan kerugian bersih. Rugi LINK membengkak 192,5% menjadi Rp801,5 miliar pada periode 9 bulan 2024, dari sebelumnya sebesar Rp274 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Pendapatan LINK juga tercatat melemah 14,41% menjadi Rp1,64 triliun sampai akhir September 2024. Pendapatan ini turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,92 triliun. 

Wickrama menuturkan saat ini fokus bisnis LINK adalah melakukan investasi untuk ekspansi jaringan. Dengan hal tersebut, LINK mengasumsikan perusahaan akan berbalik laba pada periode 2027-2028. 

"Tetapi, hal itu akan bergantung pada seberapa banyak ekspansi jaringan yang akan kami lakukan selama periode tersebut," ujarnya.

Daftar Harga Internet 100 Mbps WIFI, IndiHome, XL Satu, Biznet, MyRepublic ....

Halaman:
  1. 1
  2. 2
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper