Nasib Mitratel usai XL-Smartfren Merger
Konsolidasi di sektor telekomunikasi, menurut Teddy, juga akan memberikan dampak positif terhadap iklim kompetisi, yang pada gilirannya memberikan dampak positif terhadap industri infrastruktur penunjang, termasuk penyewaan menara dan fiber optic.
Dengan persaingan di industri telekomunikasi yang lebih sehat, kinerja keuangan para operator seluler diharapkan akan lebih kuat, sehingga memiliki kapasitas untuk memperluas coverage sekaligus meningkatkan kualitas jaringan.
“Permintaan untuk sewa menara, fiber optic dan layanan penunjang lainnya bakal meningkat sejalan dengan rencana ekspansi, terutama ke wilayah sentra pertumbuhan ekonomi baru di masa mendatang,” katanya.
Diketahui XL Axiata dan Smartfren resmi merger setelah mendapat restu dari OJK hingga Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).
Ekspansi Fiber Optic
Mitratel juga terus mengembangkan portofolio di ekosistem menara, yaitu fiber optik untuk memenuhi kebutuhan operator seluler akan jaringan transport berlatensi rendah seiring
dengan perkembangan teknologi 5G. Hal ini tercermin dari pencapaian Mitratel dalam menambah panjang fiber optic sepanjang 18.518 KM selama tahun 2024, baik secara organik maupun inorganik.
Dengan tambahan ini, total panjang fiber optic billable Mitratel sudah mencapai 51.039 kilometer pada akhir tahun 2024 atau meningkat 56,9% dari tahun lalu.
Sebelumnya pada 2 Desember 2024, Mitratel mengakuisisi PT Ultra Mandiri Telekomunikasi (UMT), anak usaha PT PP Infrastruktur dari grup PT PP Tbk (PTPP). Akuisisi ini berpotensi
meningkatkan pangsa pasar dan pendapatan perseroan mengingat UMT memiliki aset fiber optik sepanjang 8.101 KM dengan billable length 12.524 KM.