Rumor
Sepanjang 4 bulan pertama 2025, kabar mengenai merger dan akuisisi unicorn dalam negeri ramai di media.
ByteDance belum lama dikabarkan membuka kembali pembahasan kemitraan dengan Traveloka. Sempat dirumorkan bakal akuisisi, ByteDance kemudian disebut hanya ingin bermitra dengan unicorn agen perjalanan (OTA) tersebut.
Rumor yang sama juga menerpa raksasa ride hailing Grab dan Gojek. Bahkan, Grab Holdings (Grab) dikabarkan tengah mencari pinjaman US$2 miliar atau setara Rp 33,2 triliun untuk mendukung akuisisi perusahaan saingannya di Indonesia, GoTo Group (induk Gojek).
Baca Juga GITEX Asia 2025: Fase Baru Startup Asean |
---|
Pinjaman yang disebut sebagai bridge loan ini diperkirakan memiliki tenor sekitar 12 bulan menurut sumber anonim Bloomberg.
Pada 2024, Bukalapak juga dikabarkan akan diakuisisi oleh raksasa e-commerce China, Temu. Kabar itu sudah dibantah.
Ketidakpastian Global
Kondisi ekonomi global sedang tidak menentu. Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,3% pada 2024 menjadi 2,8% untuk keseluruhan tahun 2025, akibat implementasi tarif resiprokal Trump.
Baca Juga Mencari Momentum Pemulihan Pendanaan Startup Indonesia Kejar Target Pembiayaan Modal Ventura |
---|
Hal itu tercantum dalam dokumen World Economic Outlook (WEO) edisi April 2025 yang baru saja terbit pada Selasa (22/4/2025).
Director Research Department IMF Pierre‑Olivier Gourinchas menekankan bahwa tanpa tarif Trump, pihaknya telah merevisi sedikit penurunan ke level 3,2%. Melalui pengenaan tarif dan pemberian jeda dengan tarif 10% kepada semua negara, ekonomi bakal turun lebih dalam.
“Jeda ini, bahkan jika diperpanjang secara permanen, memberikan prospek pertumbuhan yang sama dengan perkiraan referensi, 2,8%, bahkan jika beberapa negara dengan tarif tinggi dapat diuntungkan,” ujarnya dalam konferensi pers, dikutip pada Rabu (23/4/2025).
Pierre menyampaikan bahwa meskipun pertumbuhan global masih berada di atas level resesi, semua wilayah terkena dampak negatif tahun ini dan tahun depan.
Proses disinflasi global terus berlanjut, tetapi dengan laju yang lebih lambat dengan inflasi yang direvisi naik 0,1 poin persentase di kedua tahun tersebut.
Dirinya melihat ketegangan perdagangan ini akan sangat berdampak pada perdagangan global. IMF pun memprediksikan bahwa pertumbuhan perdagangan global akan terpangkas lebih dari setengahnya dari 3,8% tahun lalu menjadi 1,7% tahun ini.
Untuk Amerika Serikat sendiri, tarif mewakili guncangan pasokan yang mengurangi produktivitas dan output secara permanen dan meningkatkan tekanan harga untuk sementara.
“Hal ini menambah prospek yang sudah melemah dan membuat kami merevisi pertumbuhan turun 0,9% menjadi 1,8%, dengan penurunan 0,4% dari tarif saja. Sementara inflasi direvisi naik,” ujarnya.