Saham Pemasok Apple di China Tertekan Setelah Ancaman Tarif Trump

Lukman Nur Hakim
Senin, 26 Mei 2025 | 11:45 WIB
Logo Apple Inc. di Fifth Avenue di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Jeenah Moon
Logo Apple Inc. di Fifth Avenue di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Jeenah Moon
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Saham pemasok Apple yang terdaftar di China anjlok setelah Presiden AS Donald Trump mengancam tarif pada iPhone impor.

Melansir dari Reuters, Senin (26/5/2025) Luxshare Precision, salah satu perakit utama iPhone dan produsen AirPods, mencatat penurunan saham sebesar 2,2%. 

Sementara itu, Lens Technology, pembuat layar ponsel asal China, turun 1,8%. Saham Goertek, yang juga memproduksi AirPods, melemah 1,1% di tengah kekhawatiran pasar atas ketegangan dagang yang kembali mencuat.

Pernyataan Trump dilontarkan pada Jumat pekan lalu dalam kampanye publik, di mana ia menyatakan kemungkinan mengenakan tarif hingga 25% terhadap iPhone yang dijual di AS tetapi diproduksi di luar negeri. 

Langkah ini disebut sebagai bagian dari upaya pemerintahannya untuk mendorong relokasi manufaktur ke negara-negara selain China, termasuk AS.

Ancaman tarif lanjutan sebesar 50% yang disebut akan mulai berlaku 1 Juni mendatang menimbulkan kekhawatiran bahwa perang dagang antara AS dan China berpotensi memanas kembali setelah sempat mereda dalam beberapa bulan terakhir.

Sebelumnya, Gedung Putih telah menangguhkan sebagian besar tarif impor global yang diumumkan pada awal April, menyusul tekanan dari investor yang menyebabkan aksi jual besar-besaran pada aset-aset AS, termasuk obligasi dan dolar.

Meskipun demikian, tarif dasar sebesar 10% terhadap sebagian besar barang impor tetap diberlakukan, dan bea atas produk China dipangkas dari 145% menjadi 30%.

Sebagai respons terhadap ketidakpastian geopolitik dan risiko tarif, Apple mempercepat rencana untuk membuat sebagian besar iPhone yang dijual di Amerika Serikat di pabrik-pabrik di India pada akhir tahun 2026 dengan tarif di China.

Namun, peluang untuk memindahkan lini produksi secara signifikan ke AS dinilai kecil. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, dalam wawancara dengan CBS bulan lalu menyebut bahwa pekerjaan perakitan massal kemungkinan akan diotomatisasi jika dipindahkan ke AS.

Sehingga akan membuka lapangan kerja bagi tenaga teknis seperti mekanik dan teknisi listrik, alih-alih buruh pabrik.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper