Celios Ingatkan Pendanaan Startup harus Berasal dari Investor, Bukan Perbankan

Pernita Hestin Untari
Rabu, 23 Juli 2025 | 14:47 WIB
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat menilai kasus dugaan manipulasi laporan keuangan yang menimpa startup aquatech eFishery menjadi momentum evaluasi bagi ekosistem startup digital di Indonesia. Khususnya terkait dengan pendanaan maupun pengelolaan internal startup itu sendiri.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda mengatakan terdapat ketimpangan antara karakteristik startup dengan sistem pembiayaan dari lembaga keuangan konvensional seperti perbankan. 

Menurutnya, karakteristik startup digital maupun non digital mempunyai waktu yang lebih lama untuk mendapatkan keuntungan. 

“Mereka mengejar valuasi [nilai perusahaan] yang didapatkan bukan hanya dari sisi keuntungan secara keuangan. Sedangkan utang dari perbankan butuh pengembalian hutang setiap bulan yang dihasilkan dari keuntungan,” kata Huda saat dihubungi Bisnis pada Rabu (23/7/2025).

Menurutnya, kebutuhan pembiayaan startup semestinya berasal dari investasi, bukan dari pinjaman perbankan. 

Skema pembiayaan berbasis utang dinilai tidak cocok untuk model bisnis startup yang masih dalam tahap pertumbuhan dan eksplorasi pasar.

Oleh sebab itu, lanjut dia, startup digital seharusnya mendapatkan pendanaan investasi baik melalui venture capital atau perusahaan secara langsung, bukan utang.

Dia menyoroti langkah eFishery yang mengambil pinjaman dari bank, padahal perusahaan tersebut masih mencatatkan kerugian.

“Ketika eFishery mendapatkan pinjaman dari perbankan, saya juga heran dengan bisnis eFishery yang diklaim untung. Ternyata eFishery masih merugi. Cukup riskan bagi startup untuk meminjam uang di perbankan,” kata Huda.

Ke depan, dia memperkirakan kasus ini akan membuat perbankan lebih selektif dalam menyalurkan kredit kepada perusahaan rintisan, bahkan sekalipun mereka menyodorkan laporan keuangan yang tampak positif. 

Di satu sisi, langkah kehati-hatian dari perbankan ini menurut Huda bisa menjadi hal positif.

“Tapi itu sesuatu yang positif mengingat bank juga perlu menjaga kinerja kredit juga. Tidak boleh juga NPL jeblok gara-gara startup,” katanya.

Namun, Huda juga menggarisbawahi saat ini pendanaan dari sisi investor pun sedang tidak dalam kondisi ideal. Ketidakpastian ekonomi global hingga potensi kenaikan suku bunga acuan The Fed telah membuat investor lebih berhati-hati.

Oleh karena itu, dia berharap terjadi pergeseran dalam cara pandang investor, khususnya venture capital (VC), dalam mendanai startup digital. Huda juga mengkritik kecenderungan investor yang selama ini terlalu pasif dan kurang melakukan pengawasan menyeluruh terhadap kondisi perusahaan yang mereka danai.

“Harapan saya mereka bisa membuat perusahaan menjadi lebih baik lagi meskipun tidak meninggalkan tujuan perusahaan tersebut dibentuk, yakni menyelesaikan masalah yang terjadi di masyarakat,” tutupnya.

Sebelumnya diberitakan, eFishery diduga melakukan manipulasi laporan keuangan dalam laporan internal setebal 52 halaman yang ditelaah oleh Bloomberg News. Startup tersebut dilaporkan menggelembungkan pendapatan hingga US$600 juta atau sekitar Rp9,7 triliun dalam periode Januari—September 2024. Padahal, pendapatan riil perusahaan hanya sebesar US$157 juta. Lebih dari 75% data dalam laporan disebut-sebut palsu.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami