Bisnis.com, JAKARTA— Kasus dugaan manipulasi laporan keuangan oleh eFishery turut berdampak pada kepercayaan investor dalam menggelontorkan dana ke startup. Perusahaan modal ventura berbenah dengan memperbaiki tata kelola agar kasus serupa tak terulang.
Co-Founder & General Partner Alpha JWC Ventures Jefrey Joe menilai krisis ini menjadi momentum untuk melakukan perubahan menyeluruh dalam tata kelola perusahaan rintisan.
“Pasti berdampak [pendanaan ke Startup], tapi menurut kami ini momentum untuk melakukan sesuatu. Kadang kita bisa pakai krisis ini untuk merubah begitu kan,” kata Jefrey ditemui usai acara Alpha JWC Whistleblowing Event Launch di Jakarta pada Rabu (23/7/2025).
Dalam laporan internal yang ditelaah Bloomberg News, eFishery diduga menggelembungkan pendapatan hingga US$600 juta atau sekitar Rp9,7 triliun selama Januari hingga September 2024, padahal pendapatan riil perusahaan hanya sekitar US$157 juta. Lebih dari 75% data dalam laporan disebut-sebut palsu.
Jefrey menilai kegagalan tata kelola seperti ini seringkali dipicu oleh tekanan untuk menunjukkan pertumbuhan instan.
Dia menambahkan tekanan untuk menunjukkan pertumbuhan cepat seringkali membuat sejumlah startup memilih strategi “fake it till you make it”.
Namun, pendekatan ini dinilai tidak berkelanjutan, apalagi di tengah perubahan lanskap pendanaan saat ini yang lebih menekankan profitabilitas daripada sekadar pertumbuhan.
“Engga mudah untuk menggelembungkan pendapatan, tapi masih bisa profit. Kita enggak bisa memalsukan profit nih. Jadi sekarang marketnya juga sudah berubah, kita merasa sekarang jauh lebih sehat,” ungkapnya.
Sebagai respons terhadap krisis tata kelola ini, Alpha JWC Ventures turut meluncurkan inisiatif SpeakUp, sebuah platform whistleblowing yang dirancang untuk memperkuat sistem pelaporan dan transparansi di perusahaan portofolio mereka.
Platform SpeakUp memungkinkan karyawan, founder, hingga pemangku kepentingan lainnya untuk melaporkan dugaan pelanggaran seperti kecurangan keuangan, pelecehan, hingga pelanggaran etika secara anonim dan terenkripsi. Laporan yang masuk akan langsung ditangani oleh tim independen, dengan sistem pengamanan dan pencegahan laporan palsu.
Menurut laporan ACFE (Association of Certified Fraud Examiners), sebanyak 43% kasus fraud terungkap melalui laporan internal. Namun, banyak startup belum memiliki sistem pelaporan yang memadai karena keterbatasan sumber daya maupun kurangnya kesadaran.
“Integritas dalam kepemimpinan dan operasional kerja menjadi amat sangat penting agar dapat menciptakan perusahaan yang bisa berdampak secara jangka panjang,” kata Jefrey.
Dalam dua minggu sejak peluncuran awal, lebih dari 20 perusahaan portofolio Alpha JWC telah bergabung dalam inisiatif SpeakUp. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah dan menjangkau lebih dari 30.000 karyawan di lebih dari 80 perusahaan rintisan di Asia Tenggara.
Jefrey juga menyatakan optimismenya terhadap pemulihan ekosistem startup ke depan, terutama dengan makin sehatnya standar tata kelola dan penekanan pada keberlanjutan. Menurutnya, keberhasilan masa depan startup bukan lagi soal valuasi tinggi, melainkan soal berapa banyak pihak yang benar-benar mendapat manfaat dari keberhasilan tersebut.
“Matrixnya bukan berapa valuasinya. Valuasi tinggi. Tapi kalau abis IPO turun, orang rugi loh. Founder make money, investor make money, investor public juga kalau misalnya IPO juga make money. Itu yang kita fokuskan sekarang,” tegas Jefrey.