Industri Telekomunikasi: Kapasitas Jaringan Jadi Medan Perang Baru

Galih Kurniawan
Rabu, 2 Oktober 2013 | 20:18 WIB
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Kapasitas jaringan dianggap bakal menjadi medan perang baru di kalangan operator telekomunikasi di Tanah Air.

“Kebutuhan sekarang membuat operator perlu berevolusi, tidak hanya dari coverage (jangkauan) tapi juga capacity (kapasitas),” ujar VP Marketing & Communications Ericsson Indonesia Hardyana Syntawati di Jakarta, Rabu (2/10/2013).

Dia mengatakan seiring pertumbuhan layanan data aktivitas dan kebutuhan pengguna layanan telekomunikasi semakin berkembang. Kemunculan berbagai konten digital serta kebangkitan media sosial turut menjadi katalis masifnya konsumsi data.

“Itu semua tentu akan banyak dipenuhi oleh mobile broadband karena lebih murah daripada mengandalkan fixed,” imbuhnya.

Dia tidak menampik model bisnis dari layanan data yang dilakukan sejumlah operator telekomunikasi saat ini belumlah maksimal. Sejumlah operator bahkan mengaku pendapatan dari layanan data mereka belumlah sebanding dengan investasi yang dikeluarkan.

Meski begitu dia menegaskan kondisi saat ini memaksa operator untuk lebih agresif menyediakan layanan data. Dia meyakini masih banyak peluang berbasis layanan data yang bisa dikembangkan di masa mendatang.

“Ada berbagai operator di dunia yang sukses menggali revenue dari layanan mobile broadband, tentu itu juga dapat menjadi best practise di Indonesia,” katanya.

Dia mengatakan dalam salah satu penelitian yang dilakukan Ericsson diketahui terdapat enam hal yang dapat memengaruhi pendapatan operator dari layanan data yakni gap minding, streetwise metrics, showcasing, unboxing, ecosystematic dan co partnering.

Gap minding dilakukan dengan menyediakan layanan spesifik dengan keunggulan mutlak dibanding pesaing. Melalui metode Streetwise metrics operator juga perlu mengumpulkan dan menyusun data dari pasar untuk menentukan fokus, sedangkan showcasing dilakukan dengan menunjukkan keunggulan layanan kepada pelanggan.

Metode unboxing diterapkan dengan membangun loyalitas pelanggan melalui dekonstruksi paket layanan. Adapun melalui metode ecosystematic operator perlu memaket layanan mereka dengan produk pihak ketiga sehingga menciptakan sinergi. Operator juga perlu terbuka untuk bekerja sama dengan pesaing lainnya melaui co partnering untuk menciptakan roadmap bisnis yang lebih baik.

“Hal yang juga penting adalah kesiapan ekosistem. Rencana long term evolution (LTE) misalnya juga perlu pertimbangan ekosistem,” jelas Hardyana.

Menurutnya saat ini operator perlu menggali potensi bisnis yang lebih luas dari berbagai sumber. Tak hanya mengarah pada sektor consumer namun juga enterprise. Dia menyebutkan di ranah layanan jaringan untuk enterprise operator saat ini dihadapkan pada permintaan kapasitas yang semakin tinggi termasuk coverage.

Hal senada juga dikemukakan Head of Strategic Growth Ericsson Seoueast Asia & Oceania Kursten Leins. Dia menyebutkan sektor enterprise adalah potensi besar yang dapat digarap operator telekomunikasi.

“Pasar di indoor sekarang sudah berkembang pesat. Sebanyak 70% konsumsi layanan data datang dari indoor, ini tantangn bagi operator,” katanya melalui sambungan telepon.

Dia menegaskan ke depan layanan mobile broadband akan menjadi model bisnis utama operator. Hal itu juga didukung dengan perkembangan berbagai teknologi baru seperti komputasi awan, machine to machine, high definition voice dan tren bring your own device.

Ericsson kemarin memperkenalkan teknologi baru mereka di bidang small cell. Mereka merilis solusi Ericsson Radio Dot System untuk memperkuat indoor coverage di jaringan yang padat. Perangkat mini tersebut merupakan hasil penelitian Ericsson selama dua tahun terakhir. Mereka memiliki 14 paten dalam perangkat tersebut.

“Perangkat ini dapat dihubungkan dengan kabel LAN, dapat terintegrasi dengan jaringan mobile yang sudah ada,” kata Leins.

Dia menyebutkan solusi tersebut rencananya akan dipasarkan mulai pertengahan 2014. Adapun customer trial akan digelar mulai kuartal II/2014. “Implementasi pertama nanti dilakukan di Amerika Serikat, operator di Indonesia tentu memiliki peluang,” jelasnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Galih Kurniawan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper