Bisnis.com, PADANG—Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) meyakini media massa masih akan tumbuh hidup berdampingan dengan kehadiran sosial media. Kekhawatiran pakar komunikasi soal nasib media massa dinilai hanya kekhawatiran yang tidak perlu ditakuti.
Ketua SPS Dahlan Iskan beranggapan umur media massa, terutama cetak yang paling dikhawatirkan kolaps masih akan panjang. Menurutnya, semakin kuat penggunaan media sosial di Indonesia, justru membuat media massa semakin menampakkan perannya sebagai clearing house.
“Disaat semua informasi berkembang pesat di dunia twitter dan facebook. Media massa, baik itu surat kabar dan lainnya hadir memperjelas informasi. Jika di dunia maya, tidak seorang pun yang bisa bertangunggjawab terhadap informasi yang diberikan. Namun di media massa informasi yang diberikan bisa dipertangunggjawabkan,” katanya saat berbicara di Kongres Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) di Padang, Selasa (26/11/2013).
Dahlan yang juga Menteri BUMN itu7 menilai penerapan kode etik jurnalistik (KEJ) yang mengedepankan akurasi menjadi keuntungan bagi media unutk terus menjaga kepercayaan masyarakat. “Hal seperti ini kan tidak dilakukan oleh pemberi informasi di media social,” ujarnya.
Terkait peran sarjana komunikasi, Dahlan menantang sarjana untuk bisa membuat agenda setting di masyarakat. Maksudnya adalah, para ahli komunikasi memprakarsai lahirnya isu-isu di masa mendatang yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Kita lihat sekarang, isu yang berkembang adalah, yang dikembangkan oleh politisi. Skenarionya penuh kebohongan untuk tujuan jangka pendek. Mendengar hal ini, apakah sarjana komunikasi tidak tergelitik untuk mengarahkan isu bangsa ini ke arah yang lebih baik,” kata Menteri BUMN itu.