Bisnis.com, JAKARTA - Warga Kota Balikpapan merasakan 'kemacetan Jakarta' yang jarang terjadi saat melintasi jalan-jalan utama di Kota Minyak tersebut pada Rabu (9/3) pagi.
Jalan itu dipadati kendaraan bermotor roda dua dan empat yang mengangkut mereka yang antusias menuju lokasi pengamatan gerhana matahari total (GMT). Setidaknya ada dua lokasi pengamatan yang berubah menjadi magnet keriuhan yaitu Pantai Manggar dan Lapangan Merdeka.
Fenomena ini tidak dilewatkan begitu saja oleh Pemerintah Kota Balikpapan, yang telah merencanakan menggelar berbagai macam acara di dua lokasi itu. Atraksi yang bersifat budaya dilangsungkan di Pantai Manggar, sementara atraksi hiburan dilangsungkan di Pantai Kilang Mandiri.
Lapangan Merdeka telah dipadati pengunjung sejak pukul 06.30 WITA. Sejumlah wisatawan dan awak media ‘berebut’ mengambil spot di landasan helikopter untuk mengabadikan momentum gerhana.
Panitia acara juga membagikan 1.000 kacamata khusus untuk melihat gerhana, sebab kacamata serupa yang dijual di toko-toko pun telah ludes terjual. Sebanyak 500 kacamata dibagikan di Pantai Kilang Mandiri dan sisanya dibagikan di Pantai Manggar.
Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi yang turut menghadiri acara pengamatan GMT bersama Gubernur Kalimantan Timur Awang Farouk di Pantai Kilang Mandiri tampak puas dengan acara itu.
Dia berharap momentum itu bisa mendorong pertumbuhan pariwisata kota minyak. “Gerhana Matahari tadi luar biasa sekali. Para ahli astronomi sangat hebat bisa memperkirakan waktu gerhana dan durasi dengan tepat waktu. Mudah-mudahan dengan semangat gerhana ini, kita bisa bersama-sama meningkat perekonomian Balikpapan,” tutur Rizal, Rabu (9/3).
Untuk berpartisipasi dalam kemeriahan pengamatan GMT, Hotel Bluesky Balikpapan menggelar kegiatan makan mantau goreng bersama di Pantai Kilang Mandiri. Sebanyak 2.119 mantau goreng dibuat khusus untuk acara ini.
Keriuhan juga terjadi di daerah lainnya karena fenomena ini dapat diamati secara utuh di Palembang, Bangka Belitung, Palangkaraya, Sampit, Palu, Poso, Luwu, Ternate, Tidore dan Halmahera.
Di Palembang, misalnya, warga dan wisatawan memadati Jembatan Ampera, pusat lokasi untuk menyaksikan GMT yang puncaknya berlangsung pukul 07.25 WIB. Pemerintah daerah bahkan menutup akses kendaraan ke Jembatan Ampera sehingga masyarakat bisa menyaksikan GMT di atas ikon Kota Palembang itu.
Awan sempat menutupi matahari sehingga sebagian warga kecewa karena tidak bisa menyaksikan proses GMT secara jelas.
Antusiasme juga terjadi di Bandung. Bahkan, peneliti Observatorium Bosscha Evan Irawan Akbar mengatakan pihaknya menerjunkan tim untuk mengamati GMT di sejumlah titik peng-amatan seperti Poso, Bangka, dan Balikpapan.
“Apa yang terjadi di Bosscha akan kami bandingkan dengan daerah lain yang mengalami gerhana matahari total,” katanya.
Hasil pengamatan tidak hanya dikomparasikan untuk mengetahui gravitasi bumi, tapi juga medan magnet bumi. Oleh karenanya, Bosscha telah melengkapi para petugasnya dengan dua alat untuk mengukur gravitasi dan geomagnetik bumi.
Pengamatan dengan alat tersebut rencananya dilakukan selama 3 hari mulai Selasa (8/3) sampai Kamis (10/3). Data selama 3 hari ini pun akan digabungkan dan akan dilakukan penyesuaian untuk mengetahui apakah data yang digabungkan itu sesuai atau memang perlu menggunakan rumus tertentu agar datanya selaras.
Ratusan orang pun memadati dermaga Pelabuhan Sikakap, yang menjadi lokasi pengamatan GMT yang terjadi tepat pukul 7.20 WIB. Carlos Munoz, 51, wisatawan asal Swiss mengatakan sudah menantikan momen penting tersebut sejak 3 tahun lalu.
Dia memilih Mentawai sebagai lokasi peng-amatan karena merupakan titik tengah yang dilalui GMT. Selain berada di posisi terbaik untuk menikmati gerhana, Munoz bisa menghabiskan waktu dengan menikmati kegemarannya berselancar.
Sementara itu, Wapres Jusuf Kalla bersama Ibu Mufidah serta beberapa orang menteri, datang khusus ke kota ini untuk menyaksikan secara langsung proses GMT. Wapres memilih lokasi pemantauan di Lapangan sepak Desa Kota Pulu, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi.
JK kemudian berkeliling menemui sejumlah turis asing dan peneliti yang lebih dulu tiba di lokasi. Seorang astronot berkebangsaan Belanda, Andre Kuipers, diajak berbincang dengan Wapres. Kuipers tergabung dalam Badan Antariksa Eropa (European Space Agency-ESA).
Kehadiran fenomena alam ketika Bulan menghalangi Matahari memang memiliki banyak makna. Ketika sebagian warga menyambut kedatangan GMT dengan menggelar perhelatan acara, umat Muslim menyikapinya dengan menggelar salat gerhana dan tak putus-putus mengumandangkan takbir. (Nadya Kurnia/Yanita Petriella/Heri Faisal/Dinda Wulandari/k29/k6/Antara)